Sabtu, 01 Desember 2018

Surat Cinta


Hai tuan, lagi-lagi hari ini kutuliskan perasaanku di hatimu. Kubawakan aurora tuk menghiasi malammu. Kuundang musim semi hadir tuk menghangatkanmu. Kupinta butiran salju tuk menyejukkan jiwamu.

Entah sudah keberapa kali, aku tak lagi menghitung jumlahnya. Kurasa, aku terlalu sering menuliskanmu dalam aksara. Aku pun tidak bosan menuliskanmu dalam tulisanku. Kau ingin tahu apa alasannya? Karena aku ingin kau terus menetap dan tinggal dalam aksara yang kubuat. Aku ingin kau tetap tinggal dalam imajinasiku walau hanya sekejap. Di sana, aku bisa sebebasnya memujimu tanpa harus malu-malu mengungkapkan rasa. Aku ingin kau menari-nari di benakku—berdansa bersama diterangi temaram lampu istana kerajaan dan semua perhatian tamu tertuju pada kita. Walaupun kutahu, hal itu hanyalah sebuah angan dalam ingatan. Aku terlalu berimajinasi, ya? Mana mungkin kau merasakan apa yang kurasa, aku ini terkadang lucu. Aku memang suka mengkhayal tentang hal yang tak mungkin terjadi.

Seringkali aku membayangkan bahwa aku bisa memilikimu, namun aku belajar dari kehidupan bahwa cinta tidak harus memiliki. Seperti kata Nug—tokoh fiksi dalam novel Kata, aku mencintaimu tanpa berharap apa pun. Itu memang kebenarannya. Aku sedang tidak berbohong, tuan. Kalau kau tidak percaya, coba tatap mataku. Ia tak pernah bohong, tak seperti mulut yang terkadang berpura-pura untuk menutupi perasaan yang sedang hinggap dalam hati.

Tuan, kuharap kau tidak keberatan jika aku menyimpan rasa ini secara sembunyi. Jangan paksa aku tuk berpaling, karena hatinya masih terpatri untukmu. Ia telah menyelinap masuk ke dalam hatimu diam-diam agar tidak ketahuan. Seperti pencuri yang datang dengan menyergap lalu mengambil segalamu, tetapi aku tidak begitu. Aku tidak ingin mencuri hatimu. Aku hanya ingin kau mengerti bahwa aku bisa mencintaimu sendirian tanpa perlu balasan. Dengan melihatmu saja sepanjang hari sudah membuatku bahagia. Dengan hadirnya dirimu, aku sudah lupa akan rasa sakitku. Cukup netra yang berbicara, aku yakin kau merasakannya walaupun tidak terang-terangan. Karena di netramu, kerlip bintang tersenyum riang kala sinar rembulan padam dihisap kegelapan malam.

Kepada seorang pria dengan mata nan indah dan senyumannya yang memabukkan. Binar senja pun kalah indahnya dengan merah pipinya ketika ia tersenyum padaku.

Tertanda,
—jasminetales

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...