apa yang ingin kau bicarakan? Bicaralah,
akan kudengarkan selama aku masih mampu tuk mendengar keluh-kesahmu.
Tengoklah aku,
aku ingin kau bercerita tentang apa pun
yang kau suka. Jangan pernah berhenti berbicara, karena suaramu adalah nyanyian
indah yang pernah kudengar selama hidup.
Tengoklah aku,
jika kau takut lantaran tak ada yang
mempercayaimu. Percayalah, aku selalu berada di sini, kapanpun kau membutuhkan
telinga untuk mendengarkan curahan hati. Walaupun yang bisa kulakukan hanya sebatas
mendengarkanmu, namun aku sangat menghargai dan menikmati momen itu.
Tengoklah aku,
sekali lagi.
Apa pun keadaannya,
aku masih membutuhkanmu untuk bercerita
tentang kehidupan yang fana ini.
Mungkin, kau bosan dengan diriku yang hanya
bisa mendengarkan tapi tak bisa memberi pencerahan pada keluh-kesahmu.
Mungkin, kau bosan dengan diriku yang hanya
bisa mengutarakan perasaan lewat tulisan tanpa berani berbicara langsung. Kau
pikir, aku mau terlahir seperti ini—sebagai seorang tunawicara?
Kau tahu, diamku ini sangat menyiksa. Aku
terlanjur dibuat patah oleh bibir kelu yang tak bisa mengeluarkan suara laiknya
orang lain, seperti dirimu, contohnya. Teman bicaraku tak lain hanyalah secarik
kertas dan juga pulpen. Mereka setia menemaniku di kala aku ingin mengeluarkan
pendapat. Bila aku bisa berbicara, aku ingin sekali mengatakan bahwa aku
beruntung pernah memilikimu sebagai orang yang menerimaku seutuhnya. Sebelum
akhirnya kau memutuskan untuk menyumbangan pita suaramu untukku, lalu kau pergi
jauh menembus awan dan tak kembali selamanya semenjak kau divonis mengidap
penyakit ganas. Namun semuanya sudah terlambat, kau lebih dulu meninggalkanku
tanpa alasan sebelum aku mengemukakan segalanya atas permintaan terima kasihku.
Sekali lagi, akankah kau masih mau menengok
ke arahku seperti dulu meskipun kau sudah berada di atas sana? Aku
merindukanmu—andai aku bisa berbicara.
#30DWC #30DWCJilid16 #Day6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar