Sabtu, 15 Desember 2018

Diam yang Menyiksa

Tengoklah aku,
apa yang ingin kau bicarakan? Bicaralah, akan kudengarkan selama aku masih mampu tuk mendengar keluh-kesahmu.

Tengoklah aku,
aku ingin kau bercerita tentang apa pun yang kau suka. Jangan pernah berhenti berbicara, karena suaramu adalah nyanyian indah yang pernah kudengar selama hidup.

Tengoklah aku,
jika kau takut lantaran tak ada yang mempercayaimu. Percayalah, aku selalu berada di sini, kapanpun kau membutuhkan telinga untuk mendengarkan curahan hati. Walaupun yang bisa kulakukan hanya sebatas mendengarkanmu, namun aku sangat menghargai dan menikmati momen itu.

Tengoklah aku,
sekali lagi.
Apa pun keadaannya,
aku masih membutuhkanmu untuk bercerita tentang kehidupan yang fana ini.

Mungkin, kau bosan dengan diriku yang hanya bisa mendengarkan tapi tak bisa memberi pencerahan pada keluh-kesahmu.

Mungkin, kau bosan dengan diriku yang hanya bisa mengutarakan perasaan lewat tulisan tanpa berani berbicara langsung. Kau pikir, aku mau terlahir seperti ini—sebagai seorang tunawicara?

Kau tahu, diamku ini sangat menyiksa. Aku terlanjur dibuat patah oleh bibir kelu yang tak bisa mengeluarkan suara laiknya orang lain, seperti dirimu, contohnya. Teman bicaraku tak lain hanyalah secarik kertas dan juga pulpen. Mereka setia menemaniku di kala aku ingin mengeluarkan pendapat. Bila aku bisa berbicara, aku ingin sekali mengatakan bahwa aku beruntung pernah memilikimu sebagai orang yang menerimaku seutuhnya. Sebelum akhirnya kau memutuskan untuk menyumbangan pita suaramu untukku, lalu kau pergi jauh menembus awan dan tak kembali selamanya semenjak kau divonis mengidap penyakit ganas. Namun semuanya sudah terlambat, kau lebih dulu meninggalkanku tanpa alasan sebelum aku mengemukakan segalanya atas permintaan terima kasihku.

Sekali lagi, akankah kau masih mau menengok ke arahku seperti dulu meskipun kau sudah berada di atas sana? Aku merindukanmu—andai aku bisa berbicara.


#30DWC #30DWCJilid16 #Day6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...