Jumat, 28 Desember 2018

Sahabat Laki-Laki

Ia tak lagi sehangat dulu,
ketika kami berada di satu lingkup yang sama, ia adalah satu-satunya sahabat lelaki yang paling kupercaya.

Ia sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri, bahkan kami selalu merayakan hari ulang tahun bersamaan. Kebetulan, hari ulang tahun kami hanya berbeda sepuluh hari di bulan yang sama namun ia lebih tua dariku. Maka aku menganggapnya sebagai seorang kakak.

Ia juga selalu melindungiku dari hal apa pun yang membahayakan. Ia selalu ada di saat aku butuh, jika suatu ketika aku butuh bantuan, tanpa ku suruh pun ia akan langsung datang menolongku. Ia satu-satunya yang mempercayakan semuanya padaku. Ia juga paling bisa membuatku tertawa setelah kekosongan dan kesenduan menghabisi jiwaku hingga babak belur. Kami bahkan tidak pernah terpikirkan untuk saling mencintai satu sama lain lantaran hubungan kami laiknya sepasang saudara.

Aku sangat mengenal seluk-beluk keluarganya, begitu juga ia padaku. Aku sangat beruntung dan bersyukur telah ditemui oleh dirinya. Aku sangat mengenal dirinya lebih dari siapa pun.

Namun, hal buruk harus terjadi.
Ia berpaling menjadi sosok yang tidak kukenal semenjak ia mengenal gadis berambut pendek itu. Aku berani bertaruh, ia menyukai gadis itu sehingga lambat laun ia mulai melupakanku yang notabene adalah sahabatnya yang selalu ada dalam suka dan duka.

Ia tak pernah lagi hadir saat aku mulai rapuh, bahkan ia yang menjadi penyebabku menangis akhir-akhir ini. Ia berubah semenjak dirinya mulai mengenal cinta—lebih tepatnya setelah mengenal gadis itu. Sampai sekarang, hubungan kami belum membaik. Aku belum bertegur sapa dengannya, gadisnya sangat iri denganku. Ia menjelaskan pada gadisnya bahwa ia pernah mempunyai sahabat terindah sewaktu duduk di bangku SMA. Lagipula, itu hanyalah masa lalu. Jarak tempat tinggal kami sekarang beribu-ribu meter. Ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di luar kota. Namun, biarlah. Tak ada yang tersisa setelah kepergian. Kenangan indah tersebut telah digerogoti kesedihan di akhir cerita, tentang sebuah ketidak-ikhlasan hati yang terikat keegoisan. Biar dirinya tinggal di dalam hermitage mimpi setiap malam, dengan frasa di ujung pagi yang berkontribusi dengan lagu-lagu yang mematahkan hati.

#30DWC #30DWCJilid16 #Day19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...