"Heyaa!" aku menepuk bahu
perempuan itu seraya berjalan mengendap-endap, lalu mengagetkannya dari
belakang.
"Apaan sih woy ngagetin aja! kenapa
harus lo lagi sih? gua capek tau ga?!" tubuhnya hampir terjengkang ke
belakang dan untung saja refleksku menahannya agar tidak jatuh. Iya, ini
seperti macam sinetron ftv, namun kami tidak seberlebihan itu. Justru ia
membentakku begitu saja karena terkejut. Sudah kuduga responnya akan seperti
ini. Perempuan seperti dia mana bisa romantis, tapi aku menyukainya meskipun ia
galak.
"Makanya, siang-siang jangan suka
bengong!" ujarku sembari mengacak-acak rambutnya yang terurai untuk
menetralisir suasana.
"Heh, bisa diem gak?! gak usah
ngacak-acak rambut orang! lo tau gak? gua catok rambut ini tuh capek, karena
rambut gua yang super-duper keriting!"
"Eh galak banget si cewek yang satu
ini, ampun-ampun, mba."
"Gak, gak ada ampun bagi lo!"
"Hadeh, mau sampai kapan sih kamu
begini terus? aku cuma mau kamu ketawa doang. Biar gak kusut itu muka."
"Stop, berhenti ngomong atau gua pergi
dari sini." Ia meletakkan telunjuknya ke depan bibirku. Tatapannya sangat
ganas seperti ingin menerkamku saat itu juga. Aku tak tahu apa yang membuat
dirinya segalak ini padaku. Padahal aku tidak pernah berbuat salah padanya, aku
hanya seorang seniornya di kampus dan kemudian aku jatuh cinta padanya.
"E-eee-eehh, berhenti gerak!"
seruku layaknya petugas ucapara yang sedang bertugas di lapangan. Aku menahan
lengannya dengan sigap dan menariknya kembali ke hadapanku.
"Mau apa lagi sih? belum puas gangguin
anak orang, hah?!"
"Eitss, tunggu dulu dong. Nih, aku
punya sesuatu. Sebentar, jangan ditinggalin. Awas loh. Kalau kamu ninggalin,
berarti kamu punya hutang sama aku!" ancamku padanya sambil tersenyum
geli. Aku gemas sekali kalau melihat ia cemberut seperti ini. Tapi siap-siap
saja, aku akan terkena amukkannya sebentar lagi.
"Mana, gak usah lama-lama!"
perempuan itu melipat kedua tangannya dengan gayanya yang dingin. Ia memang
terkenal dingin dan cenderung cuek. Tak seperti perempuan lain yang kebanyakan
haha-hihi kecentilan di depan lelaki.
"Nah, ini diaa!" aku mengambil
sesuatu dari dalam ranselku dan membuatnya penasaran. "Eh tunggu dulu.
Kamu harus tutup mata, baru nanti aku kasih. Terus, buka kedua tangan kamu
lebar-lebar, nanti hadiahnya aku taruh di situ. Tapi ingat, jangan dibanting
ya, aku bikinnya susah payah cuma buat kamu."
"Iya-iya, gak akan dibanting."
Situasi sudah aman. Ia memejamkan matanya dan aku bisa melancarkan aksiku.
Kuletakkan sebuah bingkai itu di kedua jemarinya yang terbuka lebar. Dalam
hitungan ketiga, kusuruh ia membuka mata dan alangkah terkejutnya ia melihat
bingkai yang barusan kuberi.
"Ginda, i.. ini gambar Calum? buat
aku? kamu yang lukis?" sepertinya ia terlalu bahagia hingga bicaranya
terbata-bata.
"Iya dong, itu buat kamu. Aku buat
semalaman."
"Kenapa kamu baik banget? makasih ya,
padahal aku selalu jahat sama kamu."
"Hmm, apa itu membutuhkan sebuah
jawaban?" ia hanya diam menatapku. "Oke, begini ya sayang, aku cuma
ingin kamu bahagia, kamu tersenyum, dan gak kusut terus. Aku gak mau ngeliat
kamu cemberut tiap harinya, dan.. tadi kamu panggil aku dengan sebutan 'kamu'?
aku tidak salah dengar, kan?"
"Hih, jangan geer deh. Lagian gua gak
sengaja panggil lo dengan sebutan 'kamu'. Kebawa suasana. Jadi, please jangan
kegeeran."
"Halaah, masa sih. Kalau iya juga
gapapa, panggil sayang malah lebih bagus lagi."
"Heh Ginda, awas lo ya kalo godain gua
lagi! sekali lagi lo ngomong gitu gua tonjok!" aku kabur seketika ia
betul-betul ingin menghajarku. Aku tertawa terpingkal-pingkal melihatnya geram.
Ternyata bahagia sesederhana ini. Melihatnya geram karenaku, ia jadi semakin
menggemaskan. Aku hanya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja dan ia harus
tahu bahwa ada aku yang terus memperhatikannya setiap hari. Setidaknya,
hadiahku sudah ia terima dengan aman walaupun lagi-lagi aku kena ocehannya. Aku
yakin, hadiah pemberianku akan sangat disukainya. Lantas, hadiah untukku hari
ini adalah, aku berterima kasih pada Tuhan karena masih mengizinkanku untuk
membuatnya senang, meski hadiahnya tak seberapa. Namun gadis itu sangat berarti
untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar