Kamis, 27 Desember 2018

Laut Mengamuk, Semesta Bersedu

Kala itu, laut belum mengamuk dan belum menghancurkan segala yang ada di kota Banten. Masih terdengar kicauan burung yang bernyanyi di dahan pohon. Siang itu, suasana di Villa sangat nyaman. Aktivitas warga dan juga pesisir pantai masih dilakukan seperti biasanya. Namun memang, saat itu anak krakatau statusnya sudah memberi peringatan. Kulihat beberapa tim penggalang bencana sudah merencanakannya dari jauh-jauh hari di sebuah lapangan besar yang terdapat di Serang. Khawatir jika suatu waktu akan terjadi bencana.

Sampai akhirnya, laut mengamuk dan ombak datang menerjang apa pun yang terdapat di kota itu termasuk Villa kesayanganku yang selalu kukunjungi tiap tahun. Ia datang disela-sela malam dan mencuri kesempatan sewaktu orang sedang terlelap dengan nyenyaknya. Ia melenyapkan jiwa-jiwa yang tak berdosa, meruntuhkan bangunan-bangunan kokoh yang sudah berdiri rapi di tempatnya, dan sebagainya. Laut hanya sedang mengamuk, nanti juga ia damai sendiri. Namun, khalayak setempat yang jadi imbasnya, mereka berduka atas amukkan laut yang menggebu dan meruntuhkan segalanya. Terlalu banyak kenanganku di kota ini terutama di Pandeglang.

Pantai yang selalu kucintai, yang selalu kukenang dalam hati, yang selalu menjadi hal utama ketika aku berkunjung ke sana, kini telah hancur lebur akibat amukkan laut dengan gelombang raksasanya itu. Lekas sembuhlah, aku selalu mendoakanmu. Semoga kau cepat pulih jika kau terluka. Karena kau adalah pelarian terindahku.

#30DWC #30DWCJilid16 #Day18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...