Rabu, 26 Desember 2018

Perbincangan Mengenai Logika dan Hati

Seringkali kita terjebak dalam emosi perasaan. Masih jarang orang melibatkan logika dalam sebuah hal pertikaian. Seperti halnya kalau berbicara logika 'jatuh itu sakit', tapi kenapa orang-orang begitu suka jatuh cinta?” Pertanyaan itu meluncur dari salah satu gadis yang merupakan korban dari jatuh cinta diam-diam. Ia merupakan temanku yang seringkali jatuh hati berulang kali namun tetap nihil hasilnya.

“Logika tidak pernah mengerti dengan perasaan, tapi perasaan dipaksa untuk mengerti dengan logika,” jawabku yang seolah seperti motivator cinta.

"Berarti logika itu egois. Ia hanya mementingkan diri sendiri dibanding perasaan. Tidak mau mengerti pula memahami."

"Perasaan pun begitu. Ia hanya mau merasakan tanpa mau berpikir. Seringkali ia hanya ingin dimengerti namun tidak memikirkan yang lain."

"Siapa yang lebih jahat kalau begitu?" Ia bertanya dengan nada yang sewot.

"Keduanya."

"Mengapa?"

"Karena logika tidak mau memahami dan hanya memaksa perasaan. Sedangkan perasaan hanya mau dipahami, namun tidak mau memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya."

"Ini tidak adil."

"Hei, pernahkah kamu merasa bahwa jemalamu sedang terpecah-belah akibat akal negatif yang merusak segalanya dan hati yang terus dipaksa untuk memahami akal? Aku sering seperti itu. Kepalaku seperti berantakan tak karuan, ditumbuhi oleh pekikan yang sahut-menyahut, lalu hati hanya diam merasakan gundah akibat ulah akal yang kelewat batas. Semua itu ada kelebihan dan kekurangan. Begitu juga logika dan perasaan."

"Bagaimana cara mengimbanginya?"

"Mulailah dengan membangun hal-hal kecil. Dengan melihat bencana alam, hatimu tergerak ingin memberikan sumbangan. Begitu pula kerja akal akan memerintah agar segera membantu mereka yang sedang kesusahan. Sekarang, kau ingin memiih siapa di antara keduanya? Logika atau hati?"

"Baiklah, aku akan memilih keduanya."

#30DWC #30DWCJilid16 #Day17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...