Jumat, 18 November 2016

Chit chat Poem

Poem :
I've been stood in front of the mirror,
I thought, how can I loved him? while he never knew my feelings.
I was happy when I was near him, butterflies flying in my stomach.
But, suddenly my stomach was pierced by a knife when I heard he loved another woman and it was not me.
He always treated me like a princess.
He always called me "baby".
He always made me feel comfortable.
He such a gentleman.
And once again, the woman that he loved, it was not me.
Help me, i bleed.
My heart broke into pieces.
Can I talking to the stars then talking to the moon?
I was there that night, waiting for the moon and the stars answered my question.
I waited for a long time.
If he just loved one girl, why he called me "babe"? would he loved me too? didn't he?
I hope, this was jus a nightmare to me.


Duh, duh, duh. galau banget kayaknya. Tenang, gua gak galau kok, puisi ini mengambarkan   seseorang yang perasaan cintanya tak terbalas tapi yang pasti bukan gua. *waduh, ngeri ya hehe*
Gua sengaja bikin puisi disini. Karena, udah lama banget blog ini terabaikan gara-gara sibuk kuliah, maka dari itu spesial buat kalian yang lagi ngerasa galau nih, baca ginian jangan jadi tambah galau ya hehe.

Salam manis, dari penulis ;)

Jumat, 07 Oktober 2016

Memories Never End

*Hanya sebuah cerita sederhana dari seorang gadis pecinta hujan*
*Backsound : Ed Sheeran - All Of The Stars* (bayangin aja ada lagunya haha)

It's just another night and i'm staring at the moon
I saw a shooting star and thought of you
I sang a lullaby by the water side and knew
If you were here, i'd sing to you
You're on the other side as the skyline splits in two
i'm miles away from seeing you
I can see the stars from America
I wonder, do you see them too?

***

Pernahkah kamu berpikir bahwa pada saat kau duduk di bangku SMA, kau ingin sekali merasakan bagaimana indahnya kuliah seperti apa yang di deskripsikan di novel ataupun di sinetron dan di film-film yang kalian lihat. Memang, dunia perkuliahan berbeda jauh dengan masa sekolah. Absen pun mempengaruhimu. Awalnya, ketika aku dinyatakan lulus dan mulai memasuki dunia perkuliahan, aku merasa was-was. Kenapa? Aku takut tak mempunyai teman karena aku sulit berbaur pada saat pertama kali bertemu karena sifatku yang pendiam. Dan aku merasa deg-degan ketika ospek, kakak BEM menyuruh peserta ospek untuk membuat surat cinta. Tak kusangka, surat cintaku terpilih dan aku harus maju ke depan membacakan isi suratku kepada kakak tingkat yang kutuju. OMG! Bayangkan, untuk pertama kalinya aku membacakan isi suratku kepada "doi"! Mungkin wajahku sangat merah padam sepertinya. Hari demi hari pun berlalu. Aku mulai bisa beradaptasi dengan keadaan sekitar. Aku mempunyai teman walaupun hanya dua orang. Beberapa minggu kemudian, datanglah anak baru yang ku kira mahasiswa yang mengulang kelas, tapi ternyata tidak. Ia memang pendatang baru dikelasku. Sampai akhirnya, pertemananku dengan teman sekelas berkembang pesat. Bisa dibilang, aku mempunyai grup yang berisi sebelas orang dengan inisial : Van, Fanay, Din, Kar, Ca, Mol, Ay, Re, Rah, Clod, dan tentunya aku, Gar. Kami bersebelas selalu bersama-sama kemanapun kami berada. Makan, nonton, bersusah-susah mencari bule demi tugas, dan lain sebagainya sampai suatu saat hubungan kami tidak seharmonis dulu. Bukan karena kami bermusuhan. Tidak sama sekali. Mungkin, kami sudah tidak menemukan kecocokan satu sama lain. Sedih rasanya menyadari bahwa tiap saat, aku sudah tidak dengan bersebelas lagi. Tetapi bertujuh. Namun, salah satu dari kami bertujuh memundurkan diri dari perkuliahan. Sisalah kami berenam dengan anggota baru yang berinisial Ra si Koala. Kami :  Gar, Re, Ay, Kar, Clod, dan Ra menghabiskan waktu bersama dengan kegilaan dan ketidak jelasan lelucon kami yang bisa dibilang hanya kita yang tertawa terbahak-bahak sedangkan yang lain tidak. Takoyaki adalah makanan kebangsaan kami berenam. TAKOYAKI. Dengan adanya takoyaki, hubungan kami makin erat, makin gila, makin dahsyat. Lalu saat jam perkuliahan kosong atau tak ada dosen, kami membeli segala macam makanan yang ada. Dimsum, ayam bebek, kremes, bakar, dll termasuk takoyaki. Kami menyebut grup kami dengan beraneka macam. "Takoding, Orkay, Keluarga Kasat Mata." Takoding berasal dari kata Takoyaki karena kami menyukai makanan itu. Dan Koding berasal dari kata koding karena pada saat itu kami sempat belajar koding, Lalu, Orkay, kami menamai grup ini karena hanya untuk candaan. Sebenarnya kita merendah kok hehe. Dan yang terakhir yang masih bertahan sampai sekarang adalah Keluarga Kasat Mata. Mungkin, orang lain menganggap kami kasat mata. Namun, kasat mata disini terlalu berharga karena diisi dengan orang-orang seperti kami hahaha. Aku rindu dimana aku bisa bersenda gurau, bepergian bersama. Terlalu banyak kenangan yang kami ciptakan sehingga aku tak bisa untuk menceritakan semuanya. Aku akan sangat-sangat merindukan moment kebersamaan kita ini kawan. Kami berpencar, berbeda kelas. Kadang aku berpikir untuk kembali ke masa lalu, tapi masa lalu takkan pernah bisa di ulang kembali. Namun, kita hanya bisa mengenang semuanya, di dalam hati. Tetap berjuang kawan, sampai kita bertemu di sebuah gedung yang menandakan bahwa kita disana untuk merayakan keberhasilan kami sebagai mahasiswa dengan gelar wisuda masing-masing, S.s. Aamiinn Ya Rabb.

I have died everyday waiting for you
Darling, don't be afraid i have love you for a thousand years, friend :):):):)
Remember one thing
I WILL ALWAYS LOVE YOU TILL THE END!
*azek*


Bekasi, 10 Oktober 2016

Kalian dapet Salam rindu, untuk Re, Rah, Ay, Kar, Clod, dan Ra.

Dari Gar-Pecinta hujan-Keluarga Kasat Mata.

Sabtu, 03 September 2016

Wonderful Night

Aku masih bisa merasakan aura dirimu yang hadir seperti kemarin. Bahkan tak hanya kemarin, disetiap waktu. Jujur, aku merindukanmu. Aku merindukan saat-saat dimana kau mengajakku keliling dunia untuk menikmati keindahan alam ini. Membuat rencana untuk menguasai dunia dan kita akan bersenang-senang bersama. Aku melihatmu didalam mimpi, mimpi yang membuat kita berpisah untuk sementara waktu, kau berjalan diatas pasir, menenggelamkan kaki tanpa alas, membiarkan angin menyentuh dirimu dan membuatmu merasa tenang. Itulah yang aku suka ketika bermimpi tentangmu.

Aku ingin kembali ke tempat dimana kita memulai semuanya, yaitu dimalam musim panas. Kau tahu, kita sudah benar. ya, aku yakin kita akan kembali ke San Fransisco dalam cahaya yang gemerlap.
Ingatkah ketika akhir pekan saat kita keluar dari kota ini? Mobil melaju santai, aku memelukmu hingga terlelap. Aroma parfume mu yang khas mengingatkanku akan jaket yang kau beri saat itu. Aku belum melupakannya,

Oh hey, aku melupakan sesuatu. Kau pernah mengajakku untuk menonton konsermu disana. Asal kau tahu, aku tak tahu harus berkata apa. Lidah ini kelu. Aku semakin bangga padamu, Calum. Tak hanya Calum, disana juga terdapat Ashton, Luke, dan Michael pastinya. Mereka adalah teman Calum yang ia kenalkan pada saat mengajakku ke San Fransisco.

Rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu denganmu, Cal. Aku rindu. Sangat.

****
Y/n pun menyimpan curhatan yang ia ketik dilaptop. Rasanya aman bila ia menyimpannya disana, lagipula Calum tak akan mengetahui apapun yang y/n tulis karena ia menuliskannya disebuah laptop. Y/n memang tak pernah berkata banyak, tetapi ia mempunyai novel yang terdapat dipikirannya untuk Calum. Ia bisa menuliskan apa saja untuknya. Ia juga berbicara pada Calum bahwa jangan mencintainya karena ia seorang penulis, ia dapat mencintaimu dan menghancurkanmu tergantung imajinasinya. Ia dapat menulis apapun tentang dirimu. Namun, ia sedang merindukanmu, jadi ia tak akan menghancurkanmu.

Ia melangkahkan kaki dan berjalan menuju toko buku terdekat, tempat dimana ia dan Calum sering singgahi, menikmati teh hangat  disore hari sambil membaca buku itu mengasyikkan. Genre buku yang mereka sukai pun berbeda, tapi perbedaan genre bukan suatu masalah, bukan?

Ia menghirup secangkir teh dan meneguknya. Membiarkan kehangatan menjalari kerongkongannya yang kering karena belum minum sedari tadi.

PLUK 

Sebuah tangan menepuk bahu y/n ketika ia sedang meneguk teh. Y/n tak menengok karena ia tak suka membuang waktu nyamannya dengan orang yang tak ia kenal. Mungkin orng itu hanya iseng dan ingin mengerjainya.

"Hey, y/n. Berbalik lah dan lihat siapa yang berdiri dibelakangmu sekarang."

GLEK

Y/n termenung. Ia mengenali suara itu. Apakah itu..? Ah tak mungkin. Bagaimana bisa Calum menghampirinya saat sedang sibuk tour seperti sekarang ini. Ia mengabaikannya lagi.

"Y/n, seorang gadis yang menyukai sore hari sambil membaca buku, meminum teh ditempat ini dan bersantai ria, tempat ini selalu kau kunjungi kan bersama Calum?" Tanya lelaki iu.

DEG

Y/n semakin bingung. Akhirnya ia berbalik badan. Ia seperti mendapat deja vu. Seorang laki-laki yang senang sekali menyebutkan hal yang y/n sukai disaat y/n ragu karena takut salah orang. Ia langsung memeluk lelaki itu dengan erat. Ia sangat merindukannya dan terkejut ketika mendapati seseorang yang ia rindukan telah berdiri dihadapannya dan kini ia ada dipelukannya. Y/n langsung mengajaknya duduk bersama. Calum bercerita bahwa ia meluangkan waktunya hanya untuk bertemu dan menjemputmu kembali ke masa itu, San Fransisco.

Petang mulai datang, y/n membereskan dan mengepakkan pakaiannya ke koper. Ia bersiap-siap pergi bersama Calum. Deja vu, rasa itu terulang lagi. Ia merasakan hal yang tak bisa dirasakan. Ia tak mampu berkata-kata. Ia sangat merindukan Calum saat mereka jarang bertemu, bahkan untuk mengabari saja Calum tak sempat. Saat drama mulai datang, sedih memang disaat kau mencintai seseorang, orang itu sedang berkencan dengan gadis lain yang bukan dirimu. Calum bilang ia hanya berteman, tak lebih. Sampai kau hampir cutting karena kau sudah lelah dengan drama yang ada. Kau sempat tak mempercayai Calum, tapi ia bisa meyakinkan dan mencegahmu untuk cutting. Menyebalkan, bukan?

Ia cepat-cepat mengeyahkan pikiran itu, ia tak mau menghancurkan malam ini. Calum ada dihadapannya dan menjemputnya sekarang. Itu berarti Calum masih memilihnya dibanding gadis itu.
Mereka pergi dengan menggunakan mobil, perjalanan yang luar biasa. kau membuka jendela dan menengadahkan kepala ke arah luar, jalanan kosong. Jadi kau tak perlu khawatir akan tersambar kendaraan lain. angin sepoi-sepoi memainkan rambutmu yang terurai.

Delapan jam kemudian, mereka sampai di Fransisco. tak butuh berhari-hari untuk sampai kesana, tapi cukup lelah untuk terus duduk tanpa beristirahat sekalipun. Calum sudah menyediakan kamar sendiri untuk y/n. Mereka beristirahat sebentar. Sedangkan Ashton, Luke, dan Michael sudah bersiap-siap menyiapkan konser untuk nanti malam. Ketika kau keasyikan tidur sampai sore, kau akan merasa hari sangat cepat, padahal kau hanya tertidur dan itu akan mmbuat waku terasa cepat.

Sore pun datang, mentari mulai tenggelam di ufuk barat, cahayanya menyelinap lewat jendela kamar. Ia segera pergi ketempat mereka konser bersama Calum. Tempat itu sangatlah padat dan ramai. para fans sudah mengantri sejak siang tadi untuk menunggu arena konser dibuka. Calum dan ketiga temannya memasuki arena lebih dulu untuk pembukaan. Para fans bersorak ria, termasuk aku, y/n. Aku sangat terkesima melihat penampilannya, tak tahu mengapa aku sama sekali tak bisa berpaling memandanginya, kebetulan aku duduk diposisi paling depan, sehingga ia juga bisa melihatku dengan jelas. Pembukaan konser diawali dengan lagu kenangan kami, yaitu San Fransisco. kebetulan Calum yang mengawali lagunya dan menyanyikannya dengan merdu tanpa bass kesayangannya. mereka menyanyikannya dengan akustik. Hanya Michael yang memegang gitar dan mengiringi mereka bernyanyi. Sungguh malam yang indah yang pernah kulewati, walaupun sebelumnya aku sering mengunjungi konser mereka, tapi kali ini sungguh istimewa.

~ THE END~

Bayangkan kau ada disana dan melihat mereka dengan jelas hihi :D 
For video, cr : oa 5sos, youtube. 







Jumat, 29 Juli 2016

One

"Sweetheart, buka pintunya. Aku tahu kau di dalam. Kau belum makan siang, sejak pagi kau mengurung diri dikamar. Bukalah pintunya." Desak Ashton yang sedari tadi bolak-balik mengetuk pintu kamarku dan mengganggu waktu kesendirianku. Buat apa ia kesini? Mengganggu saja. Lagipula aku tak membutuhkan teman untuk saat ini. Pasti ibu yang menyuruhnya menggedor-gedor pintu kamarku. ARGH!! Kau tahu? Itu adalah hal yang paling kubenci disaat aku sedang ingin sendiri, tetapi orang lain mengganggumu, sial. Ia tak tahu alasanku mengurung diri karena apa. Kalaupun aku bercerita padanya, ia juga tak akan tahu rasanya bagaimana.

"Diam, Ash! Kubilang diam! Sebaiknya kau pulang, itu akan lebih baik dan aku akan baik-baik saja." Bentakku padanya. Aku tahu, seharusnya aku tak membentaknya karena ia tak ada masalah denganku. Tapi aku benci dengan temannya dan lebih tepatnya aku benci pada sahabat dekatnya.

Selang beberapa menit, Ashton tak menjawab. Kemudian, ia menjawab lagi, "Oke y/n. Aku akan menunggumu keluar kamar sampai kau menyentuh makananmu!"

Huh, keras kepala sekali orang itu. memangnya ia tak mendengar perkataanku tadi? Aku benar-benar ingin sendiri. Benar-benar sendiri. Aku masih terlalu marah terlebih lagi kecewa pada saat kulihat layar handphone ku dan membuka Line. Sontak kulempar handphone sampai retak layarnya. Gila memang. Handphone ku lebih berharga daripada dia, tetapi aku malah membanting handphoneku sendiri. Harusnya aku membanting dia, bukan handphoneku.

"Oke-oke, aku keluar, puas?" Kurapihkan rambutku dan menguncirnya. Membersihkan muka seperti biasa sampai terlihat segar walaupun kantung mata masih terlihat jelas dimataku. Aku melihat Ashton sedang merapihkan meja makan.

"Ashton? Kau masih disini? Tanyaku sambil mengucek mata. Ia hanya menjawab bahwa ia akan menungguku sampai aku keluar kamar dan kemudian tersenyum. Baik sekali orang ini. Kemudian ia menyuruhku untuk makan. Ia terlihat seperti seorang kakak dimataku. Ia sangat peduli padaku. Padahal Luke, kakakku tidak memperlakukanku se-spesial ini. Luke lebih jahil dan menyebalkan. Jarang membelikanku mainan, jarang membuat lelucon, sedangkan Ashton berulang kali membelikanku mainan yang lucu agar aku tak kesepian, leluconnya pun kerap membuatku tertawa. Sebenarnya kakakku ini Luke atau Ashton? Mengapa Ashton sangat peduli padaku seperti seorang kakak kepada adiknya? Entahlah, mungkin karena aku adik dari Luke-teman satu bandnya dan ia kenal baik dengan Luke, maka dari itu ia menganggapku seperti adik kesayangannya. Dan lihat saja, bahkan saat kondisiku seperti ini, Ashton yang menghiburku, bukan Luke. Kakak macam apa Luke itu.

Aku menghabiskan makananku. Kenyang sekali rasanya, perutku seakan mau meledak. Kau tahu? Porsi makanku sangat banyak tetapi aku tak bisa gendut. Tak tahu mengapa, padahal aku ingin merasa gemuk karena aku terlalu kurus. Menyebalkan bukan? Disaat para gadis ingin kurus, aku ingin gemuk. Hhh...

"Terimakasih Ashton, aku sangat kenyang hahaha." Tawa lebar menghiasi wajahku dan aku yakin wajahku belepotan makanan.

"Sama-sama sweety, aku sangat senang kau sudah tak sedih  dan aku yakin, hanya makanan yang membuatmu lupa akan kesedihanmu." Ujarnya membuatku tersenyum-senyum sendiri.

"Jangan memanggilku sweety atau sweetheart, Ash. Kalau Luke tahu ia akan mengamuk mungkin."

"Ia tak akan mengamuk, karena ia membiarkanku untuk mendekati adiknya hahaha."

"Kau terlalu pede, Ash. Pede mu besar sekali, wow."

"Yang penting aku bisa melihat tawa lebarmu y/n, aku tak tahan melihatmu seperti tadi. Berantakan tak karuan seperti tak pernah diurusi. Aku jadi bertanya dimana sisi cantikmu? Y/n sedikit lebih jelek hari ini."

"Aku memang jelek, Ash. Siapa bilang aku cantik? Nia lebih cantik dariku." OMG, apa yang barusan aku katakan? Aku menyebut nama Nia. Tak bisa dibiarkan. Ashton kenal dengan Nia. Pasti ia akan bertanya-tanya setelah ini.

"Hey, Nia katamu? Kau lebih menggemaskan dibanding Nia. Aku lebih memilihmu." Ashton terlihat berusaha menghiburku begitu aku tak sengaja menyebut nama Nia.

"Sudahlah, Ash. Sebaiknya kau kembali ke studio bandmu. Luke, Cal dan Mike mungkin sudah menunggu lama disana. Tak usah banyak cakap denganku. Aku tak apa." Aku kembali memurungkan wajah.

"Dengar y/n. Seburuk apapun kau, sejelek apapun kau itu tak masalah. Fisik akan kalah oleh kecantikan hati. Dan hatimu cantik, kau cantik sebenarnya."

"Aku lelah berbicara denganmu. Kau orang ke-empat yang menyebutku cantik setelah Luke, ibu, dan ayah. Sudahlah, sana kembali. Jangan mencoba membuatku bahagia, Ash. Mood ku sedang hancur hari ini."

"Baiklah kalau itu yang kau mau, aku akan pergi. Tapi jangan lupakan makan dan jangan terlalu larut dalam kesedihan ya, aku tak suka itu."

"Iyaa, Ashton. Lebih baik kau yang menjadi kakakku dibanding Luke deh. Terimakasih hari ini."

Ashton melambaikan tangan dan mulai melaju pelan dengan motornya. Aku tak tahu apa yang ia maksud. Ia sangat baik, perhatian dan peduli padaku. Sedangkan Luke? Ia sibuk dengan bandnya, sibuk berkencan dengan Arzaylea kekasihnya, dll. Memang, Luke adalah Lead Vocal di 5sos. Tapi seharusnya ia ingat akan diriku, adiknya karena aku juga tak terlalu menyukai kekasihnya. Dan hari ini semua kekesalanku terbayar oleh hadirnya Ashton.

Ashton memarkir motornya di lahan parkiran studio. Cukup luas dengan dinding penuh ukiran gambar yang berdasarkan cover untuk lagu mereka seperti Castaway, Permanent Vacation, Waste The Night, dll. Alunan musik sudah berdentum dan terdengar pelan dari luar. Tanda bahwa ketiga temannya sudah latihan sedari tadi, bermain akustik tanpa drum dan gitar elektrik. Hanya mengandalkan gitar akustik. Ia disambut oleh ketiga temannya dengan berjabat tangan. Luke sudah mengira bahwa Ashton telat karena mampir kerumah Luke untuk menghibur adiknya. Itu sudah menjadi kebiasaan bagi Luke menyuruh Ashton, dan ia tak keberatan jika Ashton menemani adiknya seharian karena Luke terlalu sibuk.

"Hey bro, gimana sama y/n? Dia baik-baik aja?" Tanya Luke langsung.

"Seperti yang lo bilang, dia baik-baik aja Luke."

"Baguslah, gue ngerasa bersalah sebenernya. Gue kakaknya, gue ditugasin nyokap buat jaga y/n, tapi malah elo yang gantiin tugas itu."

"Gapapa Luke, lagian gue ikhlas kok. Ya itung-itung gue bisa deketin adik lo lah haha."

"Yee, modus lo. Untung temen, coba kalo bukan."

"Kenapa kalo bukan? Mau tonjok? Tonjok aja sini."

"Hahaha, nggaklah. Ashton kan temen gue paling the best. Cuma lo yang bisa hibur y/n, Ash." Luke memukul canda pundak Ashton sambil tertawa. Ashton senang mendengarnya.

Calum dan Mike sdari tadi hanya fokus memainkan kunci gitar dan bass mereka.Tak peduli Luke dan Ashton membicarakan apa, yang penting tugas Calum dan Mike selesai untuk mencari nada pada lagu baru mereka yang akan datang. Luke yang menulis lagu, sedangkan Ashton mencari not balok lagu.

Hari ini cukup lelah bagi mereka karena sibuk mencari not balok, mencari nada iringan lagu, menulis lagu sambil mencari ide bukanlah hal yang mudah. Membutuhkan kreatifitas untuk menyelesaikan itu semua. Mereka kembali kerumah saat petang mulai datang. Luke langsung merebahkan diri ketika sampai dirumah. Tak lupa, ia menyempatkan waktu berdua untuk berbicara dengan y/n.

Luke mengetuk pintu kamar y/n dengan pelan. Ia tahu y/n sudah tertidur karena ini sudah jam dua belas malam. Tapi ia harus berbicara pada y/n saat itu juga.

"Y/n, bangunlah. Aku ingin bicara denganmu." Luke berbicara sambil mengetuk pelan supaya tak mengganggu orang dirumah.

"Y/n, aku sangat perlu bicara. Aku tahu kau dengar y/n. Bukakan pintunya." Luke berkata lagi. Y/n pun membuka pintu beberapa menit kemudian.

"Ada apa Luke? Ini sudah larut malam kau tahu. Aku sangat mengantuk. Lebih baik besok saja bicaranya." Y/n kembali menutup pintu tetapi Luke menahannya.

"Tunggu y/n, aku sangat perlu bicara. Please, dengarkan aku sekali saja." Luke memohon, y/n hanya mengangguk. Ia hampir jatuh karena masih setengah sadar. Untung saja Luke menahannya.

"Baiklah, apa yang ingin kau katakan? Cepat. Aku ingin tidur."

"Kau tiduran saja, biar aku duduk disampingmu, menemanimu sampai kau terlelap. Anggap saja aku sedang mendongengkanmu sebuah cerita seperti dulu."

"Ya sudah, Kau ingin bertanya apa?" Tanya y/n sambil menguap.

"Apa kau menyukai Ashton?"

"Haha, kau gila. Aku menganggap Ashton sudah seperti kakak sendiri. Ia lebih perhatian padaku dibanding dirimu, Luke." Y/n berbicara seperti menyindir Luke.

"Maaf y/n-" Belum sempat Luke berbicara, y/n tengah memotongnya.

"Halah, sudah cukup Luke. Kau terlalu sibuk. Sebenarnya kakakku itu adalah Ashton atau kau? Kau membiarkan Ashton merawatku sedangkan kau malah sibuk dengan yang lain. Lalu kau anggap aku ini apa? Kau seperti menganggapku orang asing yang bukan adikmu." Y/n berbicara agak keras.

"Sstt, y/n. Jangan bicara keras-keras."

"Mengapa? Kau takut ayah dan ibu tahu bahwa yang selama ini anak pertamanya tak pernah berbicara denganku, tak pernah memperhatikanku dan sekarang kau baru mempertanyakan hal ini padaku dengan basa-basi apakah aku menyukai Ashton. Ya, kalau begini caranya mungkin aku akan menyukainya karena ia jauh lebih baik dari kau, dan kelihatannya ia tulus."

"Aku sangat meminta maaf y/n. Maaf karena aku tak pernah ada disaat kau membutuhkanku. Maaf karena aku lebih mementingkan karir dan juga Arzay. Maaf sebesar-besarnya." Celoteh Luke penuh penyesalan.

"Cuma itu? Lalu bagaimana dengan temanmu itu yang bernama Calum?"

Luke langsung terbelalak ketika y/n menyebut nama Calum.

"Maksudmu? Kenapa dengan Calum?" Luke bertanya seolah ia mengetahyu y/n punya rahasia besar dibalik semua ini.

"Luke, sebenarnya aku tak mau membicarakan hal ini karena hatiku masih sakit. Rasanya aku ingin vakum dari line atau instagram. Aku-" Y/n mulai berkaca-kaca.

"Bicaralah dengan pelan y/n. Aku akan mendengarkan." Luke dengan bijak merangkulku dengan hangat.

"Aku menyukai Calum. Sudah lama ku menyukainya. Aku menyimpan perasaan ini sendirian. Aku tak bicara kepada orang lain karena aku tahu mereka akan menganggapku lebay, mimpiku terlalu tinggi. Tapi apa kau menyadari Luke? Tatapanku pada Calum sangatlah berbeda. Aku menatapmu, Ashton, dan Michael itu adalah tatapan biasa. Tetapi, untuk Calum itu berbeda. Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Apa yang harus kulakukan ketika aku melihat Calum berdua dengan gadis itu? Mereka terlihat bahagia saat bersama, apa ia tahu ada hati yang terluka? Aku mencintainya Luke. Melihatnya tertawa bersama gadis lain itu terlalu menyakitkan untukku. Apa cinta harus sesakit ini? Apa aku salah jika menyimpan perasaan terhadapnya? Apa aku salah jika menganggapnya seperti laki-laki yang berada di satu lingkungan denganku dan berharap kita akan mengenal satu sama lain? Apa sedikitpun tak ada celah dihatinya untukku? Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dia sudah menjadi miliknya, mungkin. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan, dari jarak hati berjuta-juta meter aku tersenyum untuknya. If happy is her, i'm happy for you Cal. 😢"

Y/n menangis dipelukan Luke. Luke baru menyadari ternyata selama ini y/n, adiknya sendiri menyukai Calum, sahabatnya. Luke juga tak menyangka perasaan y/n begitu dalam unuk Calum. Ia tahu mengapa seharian ini y/n mengurung diri dikamar. Calum sama sekali tak tahu akan hal ini karena ia tak sadar akan perasaan y/n. Lagipula, Calum sudah mempunyai calon tunangan.

"Y/n, apa yang membuatmu begitu mencintai Calum? Boleh aku tahu?" Ujar Luke.

"Kalau kau minta aku menjawab, baiklah. Sebenarnya cinta tak butuh alasan. Aku menyukainya ketika aku menonton video music bandmu yang berjudul Amnesia. Sejak saat itu aku jatuh cinta padanya, tawanya yang begitu khas. Diantara pria berambut blonde, hanya dia yang berhasil mencuri perhatianku."

"Jadi, kau lebih perhatian pada Calum dibanding denganku?"

"Kau itu kakakku. Mana mungkin aku menyukaimu." Gelak y/n.

"Kakakmu kan tak kalah ganteng dengan Calum. Kau boleh menyukaiku kok." Ujar Luke sambil tertawa.

"Luke, kau ini. pergi sana dari kamarku." Y/n memukul Luke sembari bercanda dan memukulnya dengan bantal.

"Tenang y/n, kau tak perlu khawatir. Jika Calum menyakitimu, aku akan maju demi adikku tercinta. Lagipula, aku akan memberitahu Calum akan hal ini."

"Jangan Luke. Ini rahasia kita. aku tak mau Calum mencintaiku dengan rasa kasihan sementara katamu dia punya calon tunangan? Lebih baik sudahi saja semua ini. Bye, aku mau tidur." Y/n menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Luke hanya tersenyum melihat tingkah adiknya. Setidaknya, Luke sudah berhasil mengambil hati adiknya kembali seperti Ashton peduli kepada y/n.

"Good night, y/n. Semoga kau memimpikan Ashton malam ini." Sela Luke pelan ketika ia beranjak menutup pintu kamar y/n.
~The End~


BHAHAHAH gimana sama imaginenya? Lebay ya? HAHAHA *ketawa lebar* *yang penting hepi*
#malamsabtubaperbersamaemsw #malamsabtubersama5sos

Ada lagu dikit nih, pas banget buat Calum liriknya : 

He takes your hand
I die a little
I watch your eyes
And I'm in riddles
Why can't you look at me like that?

When you walk by
I try to say it
But then I freeze
And never do it
My tongue gets tied
The words get trapped

I hear the beat of my heart getting louder
Whenever I'm near you

But I see you with him
Slow dancing
Tearing me apart
'Cause you don't see
Whenever you kiss him
I'm breaking,

Oh how I wish that was me

(One Direction - I Wish)

Jumat, 22 Juli 2016

The Story Of Us

Backsound :
Bring Me The Horizon - Drown
5SOS -Everything I Didn't Say
Taylor Swift - Teardrops On My Guitar

****
It comes in waves, I close my eyes
Hold my breath and let it bury me
I'm not OK and it's not all right
Won't you drag the lake and bring me home again

Aku tak mengerti apa yang kurasa. Seperti terkena kutukan, ia berharap aku jatuh dalam kegelapan, kesendirian, dan tak ada orang disini. Perlahan lubang yang terdapat di jiwaku kian mendalam dan aku tak tahan lagi dengan keheningan ini, dengan kekosongan ini, dengan keadaan ini. Kesendirian ini sungguh menghantuiku dan beban kian menumpuk sehingga aku tak tahu harus berbuat apa.

Cutting merupakan kebiasaanku jika frustasi mulai datang. Aku terbiasa memasuki rumah sakit, lagi dan lagi. Orang tuaku hanya menangis jika aku melakukannya. Mereka tak bisa menghentikanku karena ia tak tahu bagaimana jadi diriku yang lelah ini. Aku mempunyai teman, bisa dihitung pakai jari. Aku tak mempunyai banyak teman karena keanehanku. Entah, aku ini tak terlihat. Jadi wajar saja jika aku begini. Frustasi, depresi.

****

"Y/n, stop! Stop menyakiti dirimu! Kau gila! Apa yang kau pikirkan, huh?! Please dengarkan aku!" Calum berteriak saat tanganku mulai berlumuran darah. Ia terus mengguncang tubuhku agar aku tersadar, tapi percuma. Aku sudah ada dibawah alam sadarku, dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Aku ada disana hari itu. Ya, dirumah sakit. Sebenarnya aku benci untuk berada ditempat ini, tapi keadaanku yang semakin menggila yang membawaku kembali kesini. Terbangun dengan infus, beberapa perban di lengan dan kepalaku. Ada Calum disana, disamping ranjang tempat tidurku, terduduk dengan wajah terbenam ke kasur, Tak lama, Luke memasuki kamar bersama Ashton dan Michael. Mereka meneriakiku dengan semangat karena aku sudah siuman. Mereka juga mengguncang tubuh Calum agar terbangun dari tidurnya.

"Calum!" Teriak Luke.

"Hey, Bro. Y/n sudah siuman." Ujar Ashton.

"Calum jelek, Calum gendut, Calum gembul, Calum.." Michael memotong pembicaraannya sembari memukul Calum dengan gemas.

"Stop it, Mike! Tak lucu. Apa yang kalian bicarakan?" Sontak, mata Calum menatap y/n dengan senang. "Y/n?? Kau sudah sadar? Omg syukurlah, aku sangat senang kau siuman y/n." Calum memeluk y/n dengan rindu.

"Tak usah memelukku, Cal." Y/n menepis lengan Calum dengan kasar.

"Y/n? Mengapa? Ada apa denganmu? Mengapa kau seperti orang yang benci sekali terhadapku?" Ujar Calum lemas dihadapan Y/n.

"Asal kau tahu y/n, aku panik ketika kau berusaha untuk self harm atau cutting seperti itu. Aku takut terjadi apa-apa denganmu y/n. Bahkan aku yang membawamu kerumah sakit." Calum melanjutkan pembicaraannya.

"Dengar, aku memang sudah sakit, Cal. Tak usah kasihani aku." Y/n kembali berbaring dan menutupi wajahnya dengan selimut. Ketiga teman Calum ikut terheran-heran dengan sikap y/n.

"Sudahlah, Cal. Mungkin y/n sedang tak mau diganggu. Lebih baik kita keluar sebentar." Michael merangkul pundak Calum.

Lalu Calum menuruti perintah Michael.

****

"Aku tak mengerti mengapa y/n berubah drastis padaku. Kami tak sedang bertengkar, kami tak sedang dalam masalah, lalu mengapa y/n acuh tak acuh padaku? Apa salahku terhadapnya? Apa aku terlalu cuek? Apa aku tak pernah memperhatikannya ketika ia dalam masalah? Apa semua ini ada sangkut pautnya dengan Nia? Ah aku tak mengerti. Mudah-mudahan ini tak ada sangkut pautnya dengan Nia. Lagipula aku dan Nia hanya sekedar jalan-jalan saat itu." Celetuk Calum dalam hati ketika ia memainkan gitar bassnya untuk konser malam ini. Konser ini adalah pertama kalinya yang mereka adakan di Bridgestone Arena yang berada di wilayah Nashville, TN, US. Calum sangat nervous sebenarnya. Ia sering lupa lirik ketika y/n menonton konser mereka dan berada di posisi paling dekat dengan panggung, itu membuat Calum tak bisa berkutik. Beruntungnya ia hanya lupa lirik dan tak ikut-ikutan lupa akan kuci gitar bassnya.

"Hey Calum. mau minum malam ini?" Tanya Luke dengan semangat. Calum hanya menggelengkan kepala tanda tak menyetujuinya.

"Mengapa Cal? Biasanya kau tertarik." Luke bertanya lagi.

"Tidak untuk malam ini, Luke. Aku pusing memikirkan y/n."

"Tak usah ambil pusing. Sudah ada Nia kan sekarang?"

"Jangan berbicara tentangnya atau kau akan kutendang dari sini. Aku sedang ingin latihan dengan bass ku, Luke."

"Okay, tenang bos. Aku akan pergi."


****

Y/n sedari tadi berdiri memandang Calum tanpa kedip, seakan ia sudah jatuh cinta dengan pesona yang dibuat oleh Calum. Ia tak pernah membuat dirinya disukai orang lain dan mereka akan terpesona padanya, tak pernah. Calum hanya memiliki tawa dan senyuman yang khas yang tak dimiliki siapapun. Bahkan ia terlihat sangat hot ketika ia merokok. ( he's so tall and handsome as hell, he's so bad but he does it so well) Jadi, itu sebabnya mengapa banyak para wanita mendambakannya walaupun Luke, Ashton, dan Michael juga tak kalah tampannya dengan Calum.

Sesaat Calum mendapati y/n tengah menatapnya. Y/n langsung cepat berpaling walaupun ia masih kesal dengannya.

"Y/n? Mengapa setiap aku menatapmu, kau tak pernah membalas tatapanku? Sedangkan aku tak apa jika kau menatapku tanpa sepengetahuanku y/n."

Y/n terdiam.

"Mengapa kau diam y/n?"

"Apa itu membutuhkan suatu jawaban Calum? Apa kau menginginkan sekali aku menjawab pertanyaanmu? Kurasa tak perlu."

"Mengapa y/n?"

"Karena aku membencimu."

Keduanya terdiam. Keheningan merasuki ruangan dan diri mereka. Satupun tak ada yang berani berbicara.

"Ya sudah kalau itu mau mu, aku rela, y/n." Calum kembali menunduk. Y/n berlari sekencang-kencangnya. Menyesali mengapa ia berkata begitu pada Calum.

****

Konser pun dimulai, ribuan bahkan jutaan penonton berteriak histeris saat mereka memainkan intro dari lagu Everything I Didn't Say.


Wait, don't tell me
Heaven is a place on earth
I wish I could rewind all the times that I didn't
Show you what you're really worth
The way that you held me
I wish that I'd put you first
I was wrong I admit, numb from your kiss
While you were slipping through my fingertips

Taking every breath away
With all of the mistakes I've made
From all the letters that I've saved
This is everything I didn't say
I wish I could've made you stay
And I'm the only one to blame
I know that it's a little too late

This is everything I didn't say

Alunan lagu diawali oleh Calum bersama gitar bassnya kemudian diikuti Luke dan Michael di part selanjutnya. Mereka membawakannya dengan hikmat. Seandainya y/n ada disana dan bukan Nia yang menggantikan posisi y/n saat mereka konser. Tak lupa, Arzaylea juga ikut dalam konser mereka. Tapi Nia tak bertegur sapa dengan Arzaylea. mungkin mereka tak mengenali satu sama lain. Lagi dan lagi, Calum lupa lirik ditengah alunan musik yang bergeming, ia tetap melanjutkannya walaupun ia bernyanyi "nananana" dengan ria.

Luke bahagia karena Arzay menontonnya, sedangkan tidak dengan Calum.

****

Kondisi y/n sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia berada di luar cafe sambil meneguk secangkir kopi hangat melihat-lihat mobil yang melaju kencang dipinggir jalan. Ia juga sempat mengabari Calum bahwa ia sudah stabil dan menegur Calum dengan sebaik mungkin agar menjaga pertemanan mereka. Ia tak mau calum tersinggung untuk kesekian kalinya. Y/n hanya berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya dan memulai pertemanan lagi. 

Pada hari itu, Calum bercerita tentang Nia kepada y/n. Calum memandang y/n tetapi y/n memasang senyum palsu dihadapannya. Dan Calum tak menyadari itu. Y/n berani bertaruh, Nia pasti sangat cantik sehingga membuat Calum terpikat. Nia pasti punya segalanya yang tak y/n miliki. Calum berbicara pada y/n. Ia tertawa karena Calum lucu sekali. Namun y/n tak melihat orang lain saat Calum disisinya. Calum bilang, dia mabuk kepayang karena Nia dan akhirnya ia menyadarinya. Apakah Calum tahu apa yang y/n pikirkan tiap malam? Bahkan y/n pernah menelpon Calum hanya sekedar menyanyikan Teardrops On My Guitar dari Taylor Swift. Calum hanya bertanya siapa lelaki yang kau sukai? Luke, Mike atau Ashton? Tanya Calum sambil tertawa. Y/n hanya tersenyum dan menjawab, "Dia tak akan pernah menyadarinya, Cal. So, how can i try to be better? Nobody ever lets me in, i can still see you. This ain't the best view. On the outside looking in." 

Hari silih berganti, Luke menyadarkan Calum bahwa lelaki yang y/n sukai adalah Calum. Tapi terlambat, y/n sudah tak tertarik untuk menyukainya. Itu mengapa Calum resah disetiap konser karena tak ada y/n disana melainkan Nia.

Calum menyalakan mesin mobil dan melaju kencang ke arah rumah y/n bersama ketiga temannya. Ia tak peduli apa yang akan terjadi, yang i pikirkan hanyalah berbicara dengan y/n.

Tiga puluh menit kemudian mereka tiba dirumah y/n. Calum mengetuk pintu rumah y/n dengan gugup. Tak tahu apa yang akan ia bicarakan. Y/n membuka pintu beberapa saat dan ia terbelalak ketika ia mendapati Calum berdiri dihadapannya.

"Mau apa kau kesini?" Kata y/n.

"Aku ingin memperbaiki sesuatu." Dengan gugup Calum bicara.

"Aku tak perlu memperbaiki sesuatu itu Cal. Menurutku semuanya sudah beres."

"Tidak y/n, kita harus memperbaiki semua ini."

"Lantas apa yang ingin diperbaiki, Cal."

"Hubungan kita."

"Aku tak punya hubungan denganmu!" Y/n mendorong bahu Calum. Ashton menahan y/n untuk tak emosi.

"Lepas Ash, aku baik-baik saja." Y/n lanjut bicara. Ashton akhirnya melepaskan lengan y/n.

"Calum, aku tahu maksudmu. Kau kesini hanya untuk meminta maaf dan berharap aku akan menyukaimu lagi setelah kau berkencan dengan Nia? Aku tahu apa yang kau pikirkan, Cal. Aku ini hanya sahabatmu, tak lebih dari itu."

"Kau lebih dari itu, y/n. Aku menyadari bahwa kau lebih baik dari Nia setelah apa yang ku dapat ketika aku tak bersamamu y/n."

"Haha, bohong sekali kau. Sangat pintar untuk mempercayai kebohonganmu."

"Y/n, please. Berikan kesempatan sekali lagi untukku. Untuk kita, untuk kami."

"Aku tak marah dengan Luke, Ash, dan Mike. Aku juga tak marah padamu, aku jujur. Dan sebaiknya kau kembali pada Nia."

"Bagaimana jika aku menolak permintaanmu untuk kembali pada Nia dan kemudian aku kembali padamu?"

"Aku tak akan membiarkan kau kembali padaku. Kembalilah pada Nia, Nia lebih membutuhkan kau daripada aku. Aku tak cocok untuk bintang besar sepertimu, Cal. Walaupun aku bahagia tiap kali melihatmu, tapi aku bukanlah siapa-siapa dibanding Nia." Y/n mulai berkaca-kaca.

"Aku tak mau kau menangis."

"Aku tak akan menangis bila kau kembali pada Nia. Ku akui itu. Cinta tak harus memiliki Cal. Mungkin aku memang mencintaimu dan kau memilih Nia, itu lebih baik kedengarannya."

"Maafkan aku, y/n. Aku menyayangimu, sungguh. Aku menyesal y/n."

"Jangan kau sesali semua ini, semua akan berjalan lebih baik. Kau dan aku akan baik-baik saja." 

"Ya sudah kalau begitu kau denganku saja ya, y/n." Ujar Mike sambil mengedipkan mata.

"Haha, lebih baik aku dengan Alex Gaskarth saja Mike hahaha." Celetuk y/n sambil bercanda, Mike hanya menggelembungkan pipinya biar terlihat lucu. "Frustasi ku sudah tak ada artinya lagi, kau berhak bahagia bersama Nia, Cal. 

~THE END~


Rabu, 13 Juli 2016

Bintang Terindah

Teruntuk Calum Hood, bassist favoritku di 5 Seconds Of Summer.

Hai, Calum.

Mungkin kau tak akan pernah tahu bahwa ada seseorang yang amat begitu mencintaimu.
Ia menganggap bahwa kau adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya tertawa tanpa sebab padahal kau berada sangat jauh berjuta-juta sekian meter darinya. Bahkan kau pun tak tahu bahwa ia ada di dunia ini. Tapi, bagaimana bisa ia mencintai orang yang belum pernah ditemui secara langsung dalam kehidupannya? Ya, itulah cinta. Ia mencintaimu dalam diam. Ia bahagia mencintaimu walaupun kau sama sekali tak mengenalnyal. Asal kau tahu, ia sangat menyayangimu, Cal. Ia terlihat panik disaat kau memposting status gundahmu di akun twitter. Mungkin terkadang kau merasa bahwa kau sendirian, beberapa fans menghiraukanmu dan kau merasa tak terlihat oleh mereka. Tapi kau tak sendiri, kadang ia juga merasa seperti itu. Ia tahu bagaimana rasanya dijauhi, ia tahu bagaimana rasanya memendam sejuta perasaan yang telah lama ingin ia ungkapkan tetapi terbungkam dan akhirnya tak terucap. Kau tahu rasanya, Cal? Sakit sekali.
Tetapi itu semua telah terbayar ketika ia melihatmu tersenyum dan bertingkah lucu di video keek atau beberapa video lainnya yang kau unggah bersama ketiga temanmu di youtube. Ia tahu ia bukan siapa-siapa dan ia hanya the girl in a crowded place. Ia juga selalu mengirim direct message lewat twitter atau instagramnya. Namun tak pernah ada notif balasan darimu. Ia memang tak butuh sebuah balasan, karena ia tau kau adalah bintang besar. Bintang yang sulit digapai. Namun ia tak menyesal telah jatuh cinta kepada bintang itu. Mengapa? Karena bintang yang satu ini sangat berbeda. Ia lucu dan menggemaskan. Di lain waktu, ia bisa berubah menjadi sangat tampan dan cool. Kau tahu siapakah "ia" yang kumaksud? "ia" itu adalah gadis yang selalu menunggumu dan itu adalah aku.

Calum tercinta, tertanda.

-emsw-

****

BHAHAHAHAH *SURAT MACAM APA INI 😂*
Ya, sebenernya gue udah pernah bikin surat buat Calum dan udah gue kirim lewat direct message twitter dan instagram. Tapi, yaa gitudeh.. maklumlah dia bintang besar mana mungkin bales direct message dari gue, hiks hiks. *It's okay to cry now 😢*
Tapi guys, surat kali ini atas dasar karena gue iseng malem-malem gatau harus ngapain. Sekali-kali bikin ginian lah ya hahahah
Makasih waktunya udah baca surat tak berfaedah ini 😄



Kamis, 16 Juni 2016

Stuck In The Moment

Hi guys, kembali lagi dengan saya malam ini. Kali ini saya bikin cerpen bukan tentang 5sos nih. Tetapi kali ini cerpennya merupakan request dari teman saya tentang masa lalunya hahaha.
Semoga suka ya , bonne nuit :)


******

"Kring.. Kring.. Kring."

Alarm berbunyi menunjukan pukul 07:30 pagi. Ia tak tahu aku masih bergelayut dengan mimpiku mengenai sosok lelaki beberapa tahun silam saat aku menginjakkan kaki di bangku SMP. Seorang lelaki yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama.

Sebenarnya mataku dan jiwaku masih menginginkan untuk tidur dikarenakan diri ini cukup lelah atas kegiatan yang kulakukan kemarin. Tetapi apa daya, mataku malah terbelalak ketika melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul berapa dan diri ini jatuh terjerembab secara spontanitas tanpa izin dariku.Tak banyak cakap, aku langsung menyambar pakaianku untuk berangkat menuju kampus. Aku akan telat hadir hari ini. TELAT OMG!!!

Kunyalakan mesin motorku dengan segera, aku tak mau berlama-lama memanaskan mesin karena aku akan tertinggal satu mata kuliah yang penting sekali bagiku. Kalau orang tuaku mengetahui hal ini, aku pasti sudah habis dimarahi olehnya.

Yap! Ternyata dugaanku benar. Aku tertinggal setengah jam untuk mata kuliah Psikologi Faal. Dosen itu tak membiarkanku masuk untuk mengikuti mata kuliahnya. Yang benar saja, aku sudah telat setengah jam dan aku berpikir dengan mudahnya bahwa aku akan diperbolehkan masuk. Lalu aku kembali keluar kelas dengan rasa bersalah. Kalau saja aku tak memimpikannya dan segera bergegas mandi, mungkin tak akan seperti ini jadinya. Aku menundukkan kepala sejenak. Masih memikirkan bagaimana aku bisa memimpikan laki-laki itu. 

"Sudahlah, tak usah meratapi nasib. Terima saja kenyataannya bahwa kau telat. Kau tidak sendiri, ada aku disini." Seorang pria bertubuh tinggi dengan mengenakan T-shirt biru itu menegurku dari belakang. Ia berbicara padaku sambil mengetik sesuatu di laptopnya 

"Si- siapa kau? Tak usah ikut campur dengan urusanku." Aku membalasnya dengan nada yang ketus.

"Asal kau tahu, aku juga telat. Sama sepertimu. Bolehkah jika aku menemanimu daripada kau terus-menerus meratapi nasibmu yang menyedihkan itu."

"Enak saja. Mudah sekali ia berbicara seperti itu." Ujarku dalam hati.

"Oke, kau boleh menemaniku asal kau bisa diam. Mengerti?"

"Oke, kau boleh ikut aku sekarang."

"Tap- tapi.." Belum ku menyelesaikan omonganku, ia langsung menarik tanganku. Ia memaksaku untuk menaiki motornya lalu kami menuju Mall yang letaknya tak jauh dari kampus kami. Kemudian, kami langsung menuju lantai tiga gedung Mall itu. Ia memasuki ruangan yang bertuliskan XXI pada pintunya. Ia menyuruhku untuk memilih sebuah film. Aku tak menyangka ia mengajakku untuk menonton bersama. Walaupun kami baru saja saling kenal, kurasa pria ini cukup asik. Ia menyuruhku untuk memilih judul film dan aku memilih film yang baru saja rilis hari ini. Film itu berjudul "Angry Birds."

Ia tak menyangkal ketika ku memilih film itu, ia hanya menyuruhku membeli tiket untuk dua orang. Untuk menunggu tayang film tersebut tidak lama, hanya membutuhkan waktu dua puluh menit. Setelah pintu bioskop dibuka, kami memasuki ruang bioskop. Aku banyak tertawa saat menonton. Ia hanya menatapku dengan sedikit aneh tetapi tak apa. Ia belum tahu siapa diriku.

Tetapi aku tak tahu mengapa. Seharusnya aku merasa bahagia menemukan pria seperti itu, namun aku terlalu risih. Ia menjadi sering mengikutiku kemanapun aku pergi. Ia selalu menuntut untuk mengantarku pulang kerumah kalau jam kampus telah usai.. Aku tak mau terus-menerus seperti ini. Maka aku memutuskan hubunganku hanya sebatas itu. Kutemukan raut wajahnya berubah menjadi sedih, ia terus bertanya mengapa aku seperti ini. Aku hanya menjawab bahwa aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak karena ia lebih tua tiga tahun dariku. Dan tak lupa aku berterimakasih kepadanya karena telah ikhlas menghiburku selama beberapa hari sebelumnya.

Hari-hari berikutnya mulai berjalan seperti biasa, tanpanya disampingku. Orang yang membawakan buku-bukuku ketika aku kerepotan membawa buku yang menumpuk kini sudah berjalan jauh dariku. Tapi kami tetap berteman, terkadang aku atau dia memberikan senyum satu sama lain tanda keramahan.

Aku menaiki lift menuju lantai enam kampusku. Tak tahu mengapa, aku ingin sendiri. Setelah pintu lift terbuka, aku menuju roof top kampus untuk menghirup udara segar. Sesosok pria itu terngiang lagi dipikiranku. Teringat ketika ku berulang tahun, ia mengucapkannya lewat voice message. Aku sangat ingat hari itu. Walaupun kami sudah berbeda kampus, ia masih mengingat diriku. Tiga tahun itu terasa seperti kembali lagi. Burung-burung yang berterbangan sambil berkicau seakan menyanyikan sebuah lagu untukku. Aku ingin ia tahu bahwa hatiku masih miliknya. Aku sendiri juga tak mengerti mengapa aku masih menyayanginya padahal tak sedikitpun ia memikirkanku. Tapi aku merasakan hal berbeda akhir-akhir ini. aku seperti masih jatuh dilubang yang sama, yaitu jatuh cinta kepadanya. Walaupun itu tak berakhir indah. 

Sabtu, 11 Juni 2016

Calum Hood (imagine) - The One That Got Away

Hi guys, kali ini aku akan share imagine Calum nih. Cukup sedih sih kalo menurutku, hiks. Ohya, mungkin lebih terasa menyentuh kalo sambil dengerin lagu The One That Got Away dari Katty Perry, atau juga bisa dengerin coveran lagunya dari Boyce Avenue. (Kalo aku sih lebih suka yang versi Boyce Avenue) haha *ehh malah curhat* tapi gapapalah ya curhat dikit. Bhak. Okay, silahkan dibaca guys 😁

*****
Maaf jika aku tak benar-benar serius padamu y/n.
Kupikir, kau sama saja dengan mereka. Mereka yang menyakitiku seenaknya.
Tapi aku salah, ternyata kau berbeda.
Kau adalah orang teraneh yang pernah kutemui dalam hidupku.
Kau memahamiku seperti ibu memahamiku.
Dan, aku mencintaimu y/n. Aku berjanji tak akan meninggalkanmu.
Kau bilang bahwa kau juga tak akan meninggalkanku. Ku berkata padamu bahwa kau cantik.
Lalu kau mengelak seakan-akan itu tidak benar.
Aku selalu memikirkanmu tiap aku bernyanyi, bermain musik.
Kau berjanji tak akan pernah meninggalkanku.
Aku tak tahu jika kau tak ada disisiku, mungkin aku akan hilang perlahan-lahan ditelan bumi.
Aku tahu kau tak mendengarkanku saat ku menjelaskan panjang lebar kepadamu.
Aku masih ingat saat kali pertama ku melihatmu, saat musim panas usai sepulang sekolah.

"Hey, d-dapatkah aku d-dd-duduk disini di-disamping-mmu? Ak-aku ingin mengenalmu leb-bb-ih dalam." Kuselesai kata-kataku dengan susah payah seperti orang gagap.

"Okay, kau terlihat lucu. Sangat aneh haha. Tapi tak apa." Kau menjawab pertanyaanku dengan sedikit tawa.

Namun, itu tak lagi sama. Hari kian berganti dan malam itu sesuatu terjadi dengan kita. Kau tak mau lagi berjalan denganku, kau bersikap acuh tak acuh padaku. Ku bertanya mengapa, tapi kau hanya diam.
Ingatkah ketika aku berusaha untuk mendapatkanmu dengan susah payah? Karena mendekatimu bukan hal yang mudah.

Untuk pertamakalinya aku menyanyikan lagu didepan seorang gadis.
Kuharap, kau segera bangun dari tidurmu sekarang juga. Aku sangat menanti malam saat itu. Candle light dinner bersamamu akan menjadi moment terpenting dalam hidupku. Tapi takdir berkata lain, kau tak bisa menemaniku saat itu. Pengendara mobil menabrakmu sangat kencang dan ia lepas kendali. Sekali lagi aku berharap, aku ada disana. Jika aku dapat memutar ulang waktu, ini tak akan terjadi bila orang lain mengatakan yang tak benar kepadanya tentang diriku. Ia mengatakan bahwa aku menduakanmu y/n. Tapi itu tak benar. Bagaimana bisa aku menduakan seorang gadis yang benar-benar mencintaiku sementara hanya aku yang ia sayang. Tak ada yang tahu seberapa besar cintaku terhadapmu y/n. Aku telah belajar mencintai darimu.

Aku terjatuh.
Aku sering kali terjatuh saat sedang konser.
Aku tak fokus.
Aku memikirkanmu y/n, dapatkah kau mendengarku?

Saat kau terbangun, aku ingin menjadi orang pertama yang kau lihat.
Tapi, apa itu akan menjadi kenyataan?
Dan aku beruntung, ketika jari tanganmu bergerak y/n. Itu artinya kau siuman. Kita bisa bermain bersama lagi y/n, walaupun tidak dengan jangka waktu yang lama.
Aku disini, untukmu.

In another life, you would be my girl
We'd keep all our promises
Be us against the world

In another life, i would make you stay
So i don't have to say
You were the one that got away
The one that got away

Senin, 30 Mei 2016

From Title to Title (Part 1)

Jadi begini, waktu itu gue abis ada acara pesta dansa bareng temen. Nah setelah kita berdua selesai, itu tuh long way home banget deh. It takes a long time to arrived at home. Kebetulan, gue sama temen gue udah sahabatan lamaa banget. Jadi dimana pun dia, i always beside you, friend. Sebut saja temen gue itu, Hood. Gue dan Hood selalu pergi bareng, main mulu, layaknya tomorrow never dies. Karena, kita berpendapat "we'll never be as young as we are now." Mumpung kami masih 18 and she's a good girl and it makes she looks so perfect wow i like her, katanya. Dan.. suatu hari, dia ninggalin gue. Dia harus pergi tour dengan band nya yang menyebabkan hubungan persahabatan kita tuh makin renggang, as close as stranger gitulah jadinya. Sebenarnya sih wherever you are, i will always remember about you. Gua kecewa banget. Disatu sisi, dia selalu terbuka sama gue apapun itu, tapi sekarang dia jadi tertutup banget. Makin lama makin berasa kalo kita udah disconnected. Akhirnya, everything i didn't say. Dan gua menyadari bahwa sepertinya gue dan dia harus end up here. Gue ga mau dia bertingkah seenaknya tanpa tahu perasaan orang lain yang mikirin dia tuh gimana. I feel the pain, hey! Gue tau, gue mungkin terlalu cepat mengambil keputusan, but you don't know what i feel, right? Se-enggaknya begitulah. If you don't know, let me go. Gue tau dia heartbreak boy (dalam 5sos : heartbreak girl) tapi ya sudahlah, gue kan udah ga terlalu deket lagi sama Hood. Sebenarnya, gue ada rasa. Gue udah kasih green light tapi dia ga menyadarinya. Dia juga sempat ngasih voodoo doll buat kenang - kenangan. Bahkan gue masih inget, kita suka banget karaokean dirumah nyanyiin lagu what i like about you & heartache on the big screen dengan sangat keras, dan kita juga punya prinsip, don't stop singing until our neighbor reprimand us. Seru juga kalo inget tentang persahabatan kami, sayangnya itu semua sudah lewat. Lebih baik gue amnesia dan fly away deh daripada harus inget sama semua ini hehe.


*******

Sebenernya cerita ini udah lama, tapi di share aja. Ini juga gue rangkai judul lagunya dari album 5 Seconds Of Summer yang bertajuk nama group band mereka sendiri. Okay, sekian ^^

From Title to Title (Part 2)

Kini, aku dan Hemmings sedang berada di San Fransisco. Kami berangkat dengan menggunakan Airplanes. Menikmati pemandangan indah dan berlibur bersama itu memang menyenangkan. Selain itu, kami sering sekali Waste The Night. Mungkin karena saat malam hari, kita dapat melihat sebuah bintang yang bersinar amat terang diatas sana dan bersenda gurau satu sama lain. Ia juga orang yang aneh. Ia sering mengajakku untuk pergi ke Outer Space, tapi ku hanya mengelak. Tak terasa, dua bulan kemudian kami kembali ke Indonesia dan menjalani hidup seperti biasa. Ia berkata padaku bahwa lagu yang sering ia nyanyikan itu "She's Kinda Hot." Terkadang, ia adalah orang yang Unpredictable. Seiring berjalannya waktu ia berubah, berubah dan berubah. Kami berdua seperti orang yang Close As Stranger. Kupikir, aku terkena Jet Black Heart. Aku tahu dan aku paham, ia memang terlahir dari keluarga Broken Home dan lama-kelamaan ia merasa bahwa dirinya seperti Castaway. Tetapi ia bisa bercerita denganku. Aku adalah orang terdekat setelah keluarganya. Lantas, who am i? Invisible mungkin. Ia buta akan segalanya. Aku ingin melindungi hatiku dengan Safety Pin, tapi sulit untuk melakukannya dan aku hanyalah The Girl Who Cried Wolf dan kurasa sebentar lagi hatiku akan menjadi Broken Pieces. Ia mungkin sudah melupakanku tapi ia tak pernah merasakan hal ini. Kadang aku ingin Catch Fire kemudian melemparkan api itu ke wajahnya agar dia tahu rasanya seperti apa dihiraukan. Panas. Hey Everybody! Sudahlah, kalau kau ingin mengambil hatinya, aku tak apa. Asal kau bisa membayar semua yang kurasakan. Semenjak kejadian itu. Hemmings menjadi Lost In Reality. Vapour adalah favouritnya saat ini. Aku tak tahu mengapa. Mungkin karena kudengar perusahaan yang dikelola ayahnya bangkrut sehingga ia depresi. Money mereka semakin menipis. Aku ingin mempunyai Permanent Vacation agar bisa kulupakan semua kekesalanku dan Fly Away dari segalanya. Inilah Story Of Another Us yang akhirnya terpampang jelas di layar lebar seperti Heartache On The Big Screen.


******

Ini adalah rangkaian cerita yang saya buat dari judul lagu 5 Seconds Of Summer yang terdapat pada album kedua mereka yang bertajuk Sounds Good Feels Good. Okay untuk para 5sosfams pasti gak sabar menanti album ketiga, sama. saya juga haha. 

Fangirling

Berada di suatu tempat yang berisikan barang - barang fandom band kesukaan kita memang sangat menyenangkan. Apalagi kita bisa bebas berbuat apapun ditempat itu, termasuk fangirling.

Aku adalah gadis yang sangat tergila - gila dengan group band yang bernama 5 Seconds Of Summer. Yeah, tak tahu mengapa aku bisa menyukai group band ini. Yang pasti aku menyukai band itu karena aku memang menyukai genre nya, dan bukan hanya genre nya saja, lagu lagu nya pun juga enak untuk dinikmati sebagai penyuka musik bergenre pop/rock. Sampai - sampai aku rela bolos sekolah pada hari itu hanya untuk menonton konser nya. Mungkin itu hanya dalam mimpi, entahlah..

Mereka yang mewarnai hari - hari ku.

Four idiots brother from Australian ^^

******
Nazla PoV

Gua heran dengan gadis yang bernama Camilla. Disaat semua orang dewasa sibuk untuk bekerja, para pelajar sibuk untuk berangkat kesekolah. Dan para mahasiswa yang sibuk berangkat ke kampus. Camilla malah asik memainkan gadget nya sambil bermalas - malasan ditempat tidur. Ia hidup sendiri di kota Brighton untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tinggal di sebuah Apartment tapi nyata nya, ia malah bermalas - malasan dengan memainkan handphone nya sambil melihat - lihat foto 5 Seconds Of Summer dan tak lupa ia mendownload foto - foto dan lagu dari band itu sambil berteriak - teriak tak jelas.

*********
Camilla Pov

"OMG!! Calum Hood, you are so perfect!!"
"OMG!! Luke Hemmings, you are so fuckin cute!!"
"OMG!! Daddy Ashton."
"OMG!! Michael you're so idiot i like you!"
"I LOVE 5 SECONDS OF SUMMER!!"
"AARRGGHHHH YOU MAKE ME CRAZY."

**********

Tiba - tiba, pintu kamarnya berhasil terbuka paksa oleh seorang temannya yang tinggal di kamar sebelah.

"Heh Camilla! Lo gak ke kampus apa?! Berisik banget sumpah teriakan lo itu bener - bener bikin kuping gua sakit. Mana belom mandi lagi lo, lebay tau gak sih! Mandi sana, bukannya siap - siap sekolah tapi malah masih tiduran di kasur ampun deh."

Sontak, Camilla kaget mendengar pintu kamarnya terbuka. Rupanya semalam ia lupa mengunci pintu kamar. Saking teledornya, ia juga hampir menghilangkan kunci kamarnya sendiri.

"Ehh iya sorry Naz, abisnya mereka keren banget sih pokoknya lo harus liat deh. Ga nyesel gua yakin." Camilla lalu menunjukan handphone nya kepada temannya itu dan akhirnya Nazla pun duduk di pinggir tempat tidur Camilla.

"Loh loh Naz, ngapain lo ikutan duduk? Tadi lo marah - marah. Sekarang malah ikutan ngeliatin. Ga boleh. Lo ga boleh suka sama mereka. Mereka punya gua, lo kan bukan 5sosfam." Dengan santai nya Camilla berkata begitu pada Nazla.

"Gimana sih lo. Tadi lo yang nyuruh gua buat liat. Sekarang gua mau ikutan liat malah dimarahin sama lo. Ga jelas lo ah lebay tau ga." Nazla menjadi geram terhadap Camilla.

"Ga jadi, ga boleh. Nanti gua punya saingan. Tiba - tiba salah satu dari mereka lo rebut lagi, mereka kan pacar gua, ehh lebih tepatnya Calum Hood haha."

"Wey, wake up please. this is real life, not in your dream."

"Oh ya? Do you think 5sos is not hum....."

"Sssshh shut up please. "

Yap, akhirnya Nazla berhasil membuat Camilla kesal dan kemudian ia bersiap siap untuk mandi berkat Nazla.

*****
07:00 AM.

Camilla berangkat menuju kampus menggunakan mobil. Kampus yang terletak tak jauh dari apartment nya itu terlihat besar dan megah. Salah satu bangunan yang paling menarik perhatian adalah 'Angel of the North' karya Antony Gormley yang setinggi 20 meter, yang menyambut kedatangan para pengunjung di North East. Jembatan Tyne yang terkenal dan Jembatan Gateshead Millennium yang telah meraih penghargaan melintasi sungai Tyne, menghubungkan kota Newcastle dengan Gateshead Quays yang baru dibangun, dimana tempat ini terkenal akan galeri seni BALTIC dan pusat musik Sage Gateshead yang menakjubkan. Itulah gambaran mengenai Newcastle University.

Mobil Chevrolet hitam milik Camilla berhasil memasuki wilayah universitas itu dan memarkirnya dengan lihai. Baru saja ia keluar dari mobilnya, seorang pria memakai jaket hoodie menabraknya hingga Camilla terjatuh.

"Hey sorry, gua ga sengaja. Lagi buru - buru soalnya. Bye!" Ucap si pria misterius usai menabrak Camilla.

Camilla langsung mengeluh dengan kejadian itu. Bukannya menolong tetapi malah langsung ditinggal pergi. Tetapi pria itu cukup aneh. Ia belum pernah melihat mahasiswa itu di kampus sebelumnya. Maka ia melirik pria itu lagi sampai tak terlihat.

*******
12:00 PM

"Nazlaaaa.... " Teriak Camilla ketika ia bertemu Nazla di kantin kampus.

"Eh apaan sih malu - maluin tau ga diliatin orang tuh." Nazla membalasnya.

"Hehe sorry jangan jutek jutek dong. Gua cuma mau cerita, tadi pagi gua ketemu cowok misterius banget deh. Jadi tuh waktu gua baru keluar dari mobil, tiba - tiba orang itu nabrak gua. Ga nolongin lagi. Kan ngeselin."

"Ooh syukurin."

"Kok gitu sih lo, kesel deh."

"Ya mungkin aja dia kayak gitu karena elo nya dalam keadaan 'Bawel' makanya dia langsung kabur."

"Ah Nazlaa, gua ga bawel kok seriusan tadi pagi tuh gua lagi diem - diem nya. Masa iya sih orang baru keluar mobil sampe kampus langsung kumat fangirling gua, nanti disangka orang gila beneran dong.

"Haha tuh tau."

"Parah banget nih emang lo. Yaudah gua ke kelas duluan ya."

********

Calum mulai mengikuti kemana Camilla pergi. Ia adalah pria yang menabraknya tadi pagi. Ia sengaja menyembunyikan identitasnya agar tidak ketahuan orang - orang yang berada disana. Dan ia layak seperti penguntit sekarang.

Camilla yang sedari tadi serius memikirkan hal tadi pagi, tiba - tiba terbesit bayangan Calum Hood dipikirannya. "Hah?! Duh ga mungkin gua kepikiran Calum. Jangan sampe fangirling gua kumat. Calum ga mungkin disini." Camilla langsung menepiskan bayangan itu.

Calum makin cepat mengejar Camilla, dan..

HAP, Calum tertangkap oleh mata Camilla.

"Ca.. Cal... Calum?!? Lo Calum Hood??"

Calum hanya tersenyum melihat Camilla berkata terbata - bata seperti itu dan menatapnya penuh makna.

"Kok lo ada disini? Bukannya lo lagi sibuk tour Cal?"

Calum masih terdiam.

"CAL JAWAB!!!" Camilla mulai emosi.

"Iya ini gua. Gua disini karena.. "

"Karena apa? Jangan setengah - setengah dong ngomong nya."

"Oke, gua disini nyari elo. Tapi maaf ggg- gu-gua harus pergi sekarang." Calum melintas melewati Camilla dengan cepat sehingga membutuhkan waktu untuk membuat Camilla sadar bahwa ia bertemu seorang Calum Hood.

*******
18:15 PM

Apartment Camilla.

Aneh. Bagaimana bisa Camilla bertemu dengan seorang Calum Hood di kampusnya. Apalagi Calum berkata ia datang ke kampusnya hanya untuk mencarinya. Dan tatapannya sukses membuat Camilla mati rasa. Seakan ia membeku di dalam kotak es selama ratusan tahun. OMG! Pasti Camilla akan mimpi indah malam ini. Tetapi ia menemukan keganjalan di kamarnya. Ia menemukan sebuah kode, yang menunjukan bahwa ia harus pergi ke hall apartment jam 12 malam. Itu gila! Buat apa ia kesana hanya untuk hal yang tak jelas. Tetapi mau tak mau ia harus melakukannya.

12:00 AM

Hall Apartment.

Kosong. Sepi. Sunyi. Itulah yang ditemukan Camilla pada saat jam 12 malam beraada di hall tersebut. Maklum, hall ini dipakai kalau ada acara resmi saja. Seketika ia langsung bergidik dan bergegas kembali ke kamarnya dan... Slap! Sebuah kertas terjatuh dibawah kakinya. Dan membuatnya tambah ketakutan.

"Lebih baik gua kembali ke kamar daripada harus berdiri disini sendirian, gua rasa ada yang mengerjai semua ini. Hiiyy."

*******
20 June 2015

Hari ini 5 Seconds Of Summer kebetulan sedang libur tour. Jadi mereka bebas pergi sesuka hati mereka. Luke, Cal, Mike, dan Ash bergegas pergi ke sebuah Café di dekat sungai River yang pemandangannya cukup indah bila dipandang mata.

"Cal, bagaimana aksi mu? Sudah berhasil?" Tanya Luke dengan seksama.

"Dia mengetahuiku, tapi.. aku belum berhasil membuatnya bahagia, karena aku selalu menghindar tiap bertemu dengannya. Dan aku juga tak tahu apakah ia akan hadir di acara pusat kota nanti."

"Oh come on Cal. You are a boy. Lo pasti bisa menghadapi Camilla. Dia itukan teman SMA lo. Lo ga mungkin lupa kan sama dia?" Gua yakin pasti dia masih ada rasa sama lo. Pasti dia bangga sama lo Cal." Kata Ashton dengan bijak.

"Iya Cal, dengerin gua. Lo jangan menghindar. Gua yakin Camilla ga akan pergi dan dia bakal meluk lo setelah dia udah ketemu diri lo yang sekarang. Lagipula, kalau dia 5sosfam, dia pasti bakal ikut kuis itu dan hadir di acara nanti." Mike berkata dengan serius.

"Ya who knows. Semoga aja lah. Thanks ya."

*********
5 Seconds Of Summer melaju dengan mobil nya ke arah pusat kota di London sebelum mereka menyelesaikan tour nya dan kembali ke Aussie. Mereka kesana untuk memberikan hadiah bagi para pemenang kuis yang mereka adakan beberapa waktu yang lalu. Dan Camilla ternyata juga ada disana bersama Nazla.

"Ya, para hadirin sekalian. 5 Seconds Of Summer telah tiba ditempat."

Setelah MC berkata seperti itu, para 5sosfam pun berteriak kegirangan termasuk Camilla. Dan ia seperti.. mengalami masa tiga tahun lalu, dimana ia jatuh cinta pada Calum Hood dan Calum juga mempunyai perasaan yang sama, Luke dan Michael pun juga mendukung mereka. Camilla hanya tak percaya ia menggemari band yang ia sukai dan salah satu member band itu ada seseorang yang membuat hari nya terasa berbunga - bunga.

"OKE, kalau begitu kita sambut. Inilah 5 Seconds Of summer. Beri tepuk tangan!"

Tempat itupun penuh dengan sorak - sorakan para 5sosfam Yang memenuhi area tersebut. 5 Seconds Of Summer pun membuka acara dengan menyanyikan lagu "Beside You" yang sebenarnya dipersembahkan Calum untuk Camilla.

Setelah mereka selesai menyanyikan lagu, mereka langsung mengobrol dengan penonton untuk membuat penonton senang dan tak lama ia mengumumkan siapa pemenang dari kuis itu.

*******
13 May 2015

"Naz, lo tau kan 5sos nanti bakal ngadain acara di pusat kota London nanti tanggal 20 June 2015.. Gua mau ikutan. Pokoknya gua harus menang dalam kuis itu. Gua harus tunjukin kalo gua fans sejatinya mereka. Dan... itu juga buat Calum. Gua kangen dia Naz."

*******

20 June 2015

Pusat kota London meriah se meriah panggung mereka saat tour. Sebait nama mereka sebutkan satu persatu saat itu, dimulai dari pemenang ke-sepuluh sampai pemenang ke-satu. Nama Camilla tak kunjung disebut oleh sang MC. Membuatnya kecewa dan hampir pulang karena ia tak bisa memenangi kuis tersebut. Tetapi nasib berkata lain. Pada saat pemenang pertama yang disebutkan, Camilla justru terbengong - bengong, sedangkan Calum malah berloncat - loncat kegirangan.

"Camilla Harryington."

Camilla baru saja tersadar bahwa namanya terpanggil menjadi juara satu di kuis tersebut dan ia diminta untuk menaiki panggung. Khusus Camilla, Calum yang memberi hadiah tersebut untuknya.

"Hey sweetie, ku kira kau tak akan hadir ke acara ini, dan ku kira kau tak akan menang. Tapi ternyata.. nasib mempertemukan kita disini, ditempat ini, di negara ini, dan aku menemukanmu sekarang. Dan kau adalah penggemar sekaligus orang yang ku cintai, Camilla Harryington."

Calum berkata seperti itu didepan panggung untuk Camilla. Dan semua penggemar 5sos langsung cemburu tapi menikmati moment tersebut. Camilla pun langsung memeluk Calum dengan erat. Begitu juga dengan Calum.

Lalu mereka semua bernyanyi bersama - sama, khususnya Camilla. Ia naik di atas panggung bersama 4 pria itu.

*********

FANGIRL yang kenyataan. 

(maaf bila cerita ini terlalu ngarep, soalnya penulisnya lebay haha *oke abaikan* *peace*)

Wherever You Are

(Notes : y/n itu your name)

*****

Aku mendekatkan tubuh ke dekat tungku api yang sudah kunyalakan di halaman rumah. Cuaca malam hari di London memang sangat dingin hingga aku terjangkit flue. Berbagai lapisan pakaian dan jaket tebal bahkan sudah menempel di tubuhku. Dengan menyalakan tungku api akan terasa lebih baik. Angin malam yang sangat genit, ia memainkan helai rambutku yang terurai sampai berantakan seperti seekor singa. Aku mengambil gitar dan bernyanyi sepanjang malam. Calum memasuki halaman rumahku dengan santainya. Sudah biasa jika ia keluar masuk rumah dengan seenaknya karena aku pun juga begitu. Ia menghentikan nyanyianku, kami duduk berhadapan dan ia bergantian menyanyikanku dengan lagu jadul bandnya.

"It started on a weekend in May
I was looking for attention needed intervention
Felt somebody looking at me
With a powder white complexion feeling the connection
The way she looked was so ridiculous
Every single step 
Had me waiting for the next
Before i knew it, it was serious
Dragged me out of the bar
To the backseat of the car
When the lights go out
She's all i ever think about
The picture burning in my brain
Kissin' in the rain
I can't forget my English love affair."

Ia menatapku sambil bernyanyi. Kurasa ia sengaja menyanyikannya karena lagu itu ia buat pada saat awal pertemuan kami di akhir bulan Mei. Tetapi aku tak terlalu tertarik padanya, mataku justru beralih pad laki-laki disebelah Calum yang berambut blonde dengan bola mata berwarna biru. Ia sangat menggoda. Calum hanya memberi senyuman dan lambaian tangan saat kami bertemu sedangkan pria itu itu memberikan seulas senyum yang kemudian memudar. Lalu pertemuan kami berlanjut hingga saat ini.

Luke Hemmings, pria asal Australia ini yang telah mengubah hariku menjadi lebih bermakna. Tiap kali ku melihatnya di video keek yang ia unggah bersama Michael, Ashton, dan Calum membuatku tertawa berlebihan, terlebih lagi ulah yang dilakukan oleh Calum dan Mike itu sangat konyol menurutku. Tetapi, disatu sisi aku bahagia dapat dipertemukan dengan empat lelaki konyol seperti mereka.

"Nyanyian yang bagus, Cal." Aku bertepuk tangan sembari meneguk secangkir teh hangat dan juga memberikan teh itu kepada Calum.

"Terima kasih, aku membuat lagu itu khusus untukmu." Ia tak kalah semangat mengatakannya dengan aksennya yang khas.

"Aku lebih semangat lagi jika yang menyanyikanku malam ini adalah Luke."

Raut wajahnya seketika berubah. Ia menggelembungkan pipinya yang chubby dan memajukan bibirnya seakan merengek seperti anak kecil dan tak lupa ia memasang wajah puppy face andalannya ketika sedang sedih. Menggemaskan sekali orang ini.

"Cal, stop memasang wajah imutmu itu. Kau membuatku tak bisa berhenti tertawa hahahaha."
Calum tetap memasang wajah puppy face nya agar terlihat menggemaskan. Ya, aku tak menyangkal, seorang pria berwajah imut namun memiliki biceps yang ideal. Tetapi ia tetaplah menggemaskan.

"Y/n, stop memanggil nama Luke atau kau kubiarkan sendiri disini."

"Ya, ya, ya aku mengerti Cal. Dan stop memasang wajah sok imutmu itu." Ia hanya tertawa. Namun beberapa detik kemudian ia berbicara.

"Y/n, bisakah aku bicara?"

"Tidak. Ya tentu saja boleh, Cal silahkan."

"Luke sebenarnya peduli padamu, tapi-"

"Tapi apa, Cal?"

"Sewaktu kami menggelar konser di America, kami berpencar. Aku dan Michael ke Grand Canyon untuk memanjakan mata melihat alam yang indah sedangkan Luke dan Ashton pergi ke Los Angeles, dimana seluruh aktris dan aktor hollywood sebagian berada disana. Lalu, setelah kami selesai berlibur dan kembali ke hotel, Luke bercerita bahwa ia bertemu gadis yang bernama Arzaylea. Tak banyak cakap. Aku mengabaikan dan membiarkan kami berdebat sebentar karena aku tahu kau menyukai Luke dan ia tahu itu. Aku yakin Luke tak tergoda, tapi gadis iblis itu terus menerus menggoda Luke hingga akhirnya menerima permintaan gadis iblis itu untuk menjadi kekasihnya."

Aku tercengang, "A-apa kau bilang-." Belum selesai bicara Calum memotomg pembicaraanku.

"Ashton bilang ternyata Arzaylea sudah di setting hanya untukku dari management. Mungkin karena aku sama sekali tak peduli dengan wanita dan sampai sekarang aku tak memiliki kekasih. Tapi Mike pun juga tak memiliki kekasih, lantas mengapa aku yang dijodohkan dengan Arzaylea? Dan mengapa mereka tak mencoba menjodohkan Mike juga? Huh, aku lebih memilihmu dibanding wanita itu, y/n."

Aku tak bisa berkata-kata lagi. Aku tak menyangka selama ini Luke sudah mempunyai kekasih. Pupus sudah. Tetapi aku beruntung karena gadis itu tak mendekati Calum karena Calum terlalu baik dan terlalu polos. dan aku lebih beruntung karena Calum tak tergoda dengan gadis iblis macam itu. Calum terus saja berkicau disampingku dan aku melamun.

"Y/n? Hey y/n. sudahlah tak usah dipikirkan." Ujar Calum dan Aku masih dalam lamunan.

"HELLOO Y/N, ARE YOU OKAY, GIRL?" Calum berteriak di telingaku. Aku hampir menonjoknya karena terlalu tenggelam dalam dunia sendiri.

"Hey hey calm down girl. Don't be sad. I will always beside you with Mike and Ash." Calum tersenyum sambil memelukku.

*****

Hari-hari berikutnya aku selalu mendengar kabar bahwa si gadis iblis itu sedang berjalan bersama dengan Luke, dinner, dan lain-lain. Ia tak pernah mau berbagi Luke Hemmings dengan para fansnya. Pernah suatu ketika, aku tak sengaja bertemu mereka dan memergokinya. Gadis iblis itu terus berulah dan anehnya Luke tak merasa risih. Aku sendiri risih melihat tingkahnya. Sedetik kemudian, mataku tak bisa berkedip. Aku kaget setengah mati ketika Arzay merapatkan jarak diantara mereka dan.. bibir mereka saling berpaut. Sepertinya sebilah pisau sudah menghujam jantungku hingga diri ini mati rasa. Aku tak merasakan apa-apa. Apa gunanya diriku disini, lebih baik aku meninggalkan tempat ini toh Luke juga tak akan pernah melihatku. Perlahan, air mataku sudah membanjiri wajahku. Aku tak tahu harus berbuat apa hari ini. Si gadis iblis itu juga tak akan tahu bagaimana rasanya.

Aku membendung rasa sakit ini dikamar. Bisa saja ku melakukan hal gila. Tapi aku masih waras. Aku ingat kata-kata dari Mike, Calum dan Ash yang selalu menyemangatiku dengan, "stay strong beautiful, you're gonna be okay." 

Berita telah tersebar bahwa mereka telah berciuman. Berbagai media memotretnya dan mencetak gambar itu ke koran, majalah, dan sebagainya. Aku yang sudah mengetahui hal ini hanya diam sementara disampingku ada Ash dan Mike. Calum sedang sibuk menulis lagu dikamarnya.

"Y/n, kau tahu hal ini?" Ashton berbicara, aku diam seribu bahasa.

"Y/n, bicaralah jangan diam saja. Aku tak suka dengan keadaan seperti ini." Mike menyambung perkataan Ashton.

"Aku tak apa, hanya sedikit pusing." Aku menjawab dengan acuh tak acuh.

"Aku yakin kau sudah mengetahui hal ini lebih dulu. Kalau kau belum mengetahui, kau tak akan berdiam diri seperti ini."

"YA, AKU SUDAH TAHU ASHTON. AKU MENGETAHUINYA." Aku berteriak sekuat tenaga hingga Calum keluar kamar.

"Hey hey ada apa? Kok ribut-ribut? Apa yang kau ributkan? Dan.. Hey, kenapa matamu sembab y/n?" Calum beralih pandang dan memandangi Ashton dan Mike.

"Kau apakan y/n?! Kenapa mata y/n sembab, Ash, Mike!" Calum meninggikan nada bicaranya hingga mereka tersedak teh yang mereka minum."

"Uhuk, hey Cal. Santailah, kami tak menyakiti y/n. Lihat koran itu." Ashton melirik sebuah koran agar Calum mengerti lirikan matanya. Ia ambil koran itu kemudian membantingnya keras-keras.

"ARGH! Luke brengsek! Gadis iblis sialan! Aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi. Sudah berapa hari ia tak pulang ke hotel. Mike dan Ash, kau bisa mencarikannya untukku? Kita harus bicara dengannya." Ujar Calum sambil memakai jaket dan mengambil kunci mobil.

"Cal, kau mau kemana? Sudah malam. Kita tak mungkin menemukan Luke." Ujar Mike.

"Mike, Ash. Kita ini lelaki. Kita pasti bisa menemukan Luke. Aku tahu ia dimana."

"Ehm.. Cal, Mike, Ash. Lebih baik aku yang pergi." Ujarku dengan suara pelan hingga berlalu dan berjalan menuju roof top hotel.

"Y/n, kita tak bisa membiarkanmu sendiri. Jangan pergi ke  roof top, please. Aku tahu kau mau melakukan apa. Mereka berbicara berbarengan dan kemudian saling bertatapan dan tertawa. Tawa yang indah.

"Aku hanya ingin menghirup udara segar. Udara disini sejuk."

"Dan setelah itu kau akan hilang akal lalu kau menjatuhkan diri dengan lompat. Tidak. Tak akan kubiarkan." Ujar Michael.

"Kami bisa ikutan mati kalau begitu caranya." Ujar Calum.

"Besok aku akan kembali ke Indonesia, Cal, Mike, Ash."

"AP-APA???!" Mereka berteriak berbarengan.

"Ya, aku akan kembali ke negaraku. Kupikir aku sudah tak ada gunanya lagi disini, percuma. Aku jatuh cinta pada pria berbola mata biru, lalu sakit hati dengan sendirinya."

"Y/n, kami yakin Luke tidak sebejat itu. Kami mengenal Luke. Hanya saja ia tergoda dengan gadis iblis itu."

"Kalau Luke tergoda, kemungkinan besar ia menyukainya. Sudahlah anggap saja aku tak ada selama ini, hanya parasit."

"Y/n, kau tak boleh seperti itu."

"Besok antarkan aku ke bandara pukul tujuh pagi, pesawatku berangkat pukul delapan. Aku sudah membeli tiket pesawat dari jauh-jauh hari tanpa sepengetahuan kalian, jadi kalian tak usah mengkhawatirkanku."

Keheningan mengisi ruangan ini. Kami menangis dan berpelukan bersama-sama. Aku bahagia bertemu dengan mereka termasuk.. Luke Hemmings.

******

Writer's pov

Hari ini y/n kembali ke negaranya. Itu artinya, Kami akan jarang bertemu dengannya. Kami sudah satu jam berada di bandara sebelum keberangkatan y/n. Menunggu gate delapan dibuka, kami bercerita dan tertawa bersama. Tiba-tiba, kami mendngar suara yang tak asing. Kami mengenalnya. Ia berlari susah payah untuk menggapai kami. Dia, Luke.

"Y/n mana y/n?! Aku harus bicara padanya, aku mohon." Pinta Luke dengan amat sangat.

"Buat apa Luke? Sudah terlambat." Michael hampir menonjok lelaki itu tapi Calum menahannya.

"Darimana saja kau? Y/n tak mau bicara denganmu, percuma." Ujar Ashton.

"Biarkan ia berbicara denganku." Ujar y/n dari balik dinding.

"Y/n, maaf. Maafkan aku. Aku tak bermaksud menyakitimu dengan foto itu. Aku tahu kau terluka tapi jangan kembali ke neg-"

Y/n menutup mulut Luke hingga ia tak melanjutkan bicaranya. Ia melantunkan sedikit lagu.

"For a while we pretended
That we never had to end it
But we knew we'd had to say goodbye
You were crying at the airport
When they finally closed the plane door 
I could barely hold it all inside."

Kemudian, Ashton, Michael, Calum dan Luke mengikuti y/n bernyanyi.

"Torn in two
And i know i shouldn't tell you
But i just can't stop thinking of you
Wherever you are."

Mereka menangis bersama, panggilan gate untuk pintu ke delapan telah dibuka. Luke memeluk y/n dengan erat seakan tak mau kehilangan, tetapi semua sudah terlambat.

Y/n juga mengucapkan selamat tinggal untuk Calum, Mike dan Ash karena sudah menemaninya selama tinggal berlbur di London.

"I will always love you." Kata y/n berteriak kepada mereka.

Kamis, 19 Mei 2016

The Emptyness

*Note : disarankan sambil dengerin lagu My Immortal dan Hello by Evanescence, mungkin lebih terasa menyentuh*



*Ini cuma imagine, fan fiction. Jangan dibawa serius. Okay readers ;)*


"Keanna! Jangan sakiti dirimu. Aku mohon, berhentilah. Jika kau bertidak seperti itu terus-menerus, coba bayangkan orang yang kau sayangi sedang menyayat dirinya sendiri di depan orang yang menyayanginya. Rasanya sangat sakit. Sama saja kau menyayat hatiku! Berhentilah Keanna!"

Kata-kata itu terus terngiang ketika aku kembali memikirkan peristiwa kejadian tadi siang. Membuatku sedikit pusing kepala karena memikirkannya. Aku memang laki-laki tak berguna. Dimana aku saat sahabatku lagi dan lagi ingin mencoba bunuh diri?! Dimana aku saat ia membutuhkan pertolongan?! Dimana aku saat hatinya telah hancur berkeping-keping?! Aku malah asyik menemani gadis lain sementara sahabatku sedang dalam keadaan buruk. Oh Tuhan, maafkan aku yang terlalu memikirkan ego sendiri.

*****

"Hey Kean, sudah baikan? Aku mencemaskanmu, kau tahu?" Aku mendatangi kamarnya ketika ibunya mengizinkanku masuk menemuinya.

"Buat apa kau kesini Calum?! Aku lemah. Aku tak berdaya. Aku sakit. Tapi kau tak pernah merasakan hal itu kan?"

"Keanna, berhentilah untuk menjelek-jelekkan dirimu. Kau tak sejelek yang kau kira. Aku yakin kau pasti bisa melawan rasa sakitmu. Tinggalkanlah dia yang hanya membuatmu semakin jatuh. Kau bisa lihat aku disini."

Keanna hanya bisa menangis di bahu sahabatnya, ia memeluk Calum dengan erat seakan ia ingin Calum merasakan perih di dadanya.

"Kau bisa panggil aku, kapanpun kau mau, kapanpun kau membutuhkanku, akan ku usahakan selalu ada untukmu."

"Terimakasih Cal, aku sangat menyayangimu."

"Aku lebih menyayangimu."

Calum menyelimuti Keanna dengan lembut, membiarkan gadis itu tertidur dengan nyenyak. Sudah setahun dirinya sering drop karena ia merasa dirinya selalu saja tersisihkan, orang-orang hanya mementingkan diri sendiri. Bila ada yang datang padanya, itu hanya untuk memanfaatkan dan ada maunya saja. Hanya Calum yang mengerti karena ia pernah mengalami hal yang sama.

*****

"Hei sob, bagaimana kabar Keanna?" Michael bertanya pada Calum usai latihannya dengan group bandnya selesai.

"Sudah lebih baik. Tapi aku harus hati-hati. Dia terus-menerus melakukan self harm dengan cutting herself. Baginya, dengan menyayat semuanya akan lebih baik."

"Oh, turut bersedih Cal. Ashton sudah tau masalah ini? Lebih baik nanti malam kita kerumahnya. Aku ingin menjenguknya. Aku rindu padanya."

"Kau rindu? Memang kau siapa? Tanya Calum dengan nada bicara yang menyindir.

"Tenang sob, aku ini juga temannya. Teman tak akan tega melihat temannya dalam keadaan drop begini."

"Yeah, terimakasih atas pengertianmu."

*****

Keanna membanting piring yang ada disekitarnya. Didepan kekasihnya, ia tak segan-segan untuk menjadi gadis beringas, pemberontak dan keras kepala. Ia mengambil satu pecahan piring yang ia pecahkan tadi.

"Lihat ini Luke! Lihat ini! Kau tahu ini apa? Ini beling sayang, ini benda tajam. Hahaha! Sebuah benda yang sangat menyakitkan jika perlahan-lahan menyentuh diriku! Tangis Keanna pecah, seluruh make up nya hampir luntur ketika air yang menggenangi matanya sudah tak kuat untuk membendung tangisan itu lagi. Walaupun begitu, kecantikannya tak akan hilang ditelan lunturnya make up yang ia kenakan.

"Kau tahu Luke? Sangat remeh dan tak penting untukku bila aku melihat kau berjalan dengan wanita lain, membicarakan gosip tak benar tentang diriku, membuat diriku tak berguna dihadapan orang lain. Aku tak apa. Tak akan kenapa-napa. Oh, apa kau menganggap ini semua hanya permainan belaka? Haha, bahkan selama ini kau tidak menganggapku kekasihmu? Akupun juga begitu Luke, Kita sama jahatnya. Kau mengkhianatiku didepan orang banyak, dan aku mengkhianati keluargaku dengan berbohong kepada mereka bahwa selama ini aku dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi tidak sebenarnya. Sekarang aku bebas untuk self harm. Tak ada yang bisa melarangku!"

Keanna mulai menyayat tangannya dengan pelan. Luke tidak berusaha untuk menghentikannya. Ia masih terpaku akan kalimat yang diucapkan Keanna tadi. 

BRUKK!!!

Gebrakan pintu terdengar keras. Begitu melihat pemandangaan yang tak enak dilihat, Calum langsung menghentikan perbuatan Keanna diikuti Ashton dan Michael.

"Keanna, please berhenti! Keanna, lihat aku! Tatap mataku Keanna! Lihat aku!" Calum berusaha menyadarkan Keanna.

"Aku takut Cal, aku takut. Aku tak bisa mengendalikan diriku." Keanna menangis sejadi-jadinya.

"Kau pasti bisa Keanna, tatap mataku!" Calum mengguncang tubuh Keanna lebih keras.

BUMP!!

Satu pukulan berdarat di pipi Luke. Membuat sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah segar.

"Oh, jadi ini lelaki tak tahu diri yang sudah membuat orang yang begitu berarti untukku sekarang menjadi sangat down. Kau tak pantas untuk dikatakan sebagai lelaki, cuih!" Calum membuang ludah sembarang didekat Luke berdiri."

"Mana kekuatanmu? Kau tidak berencana untuk membalas pukulanku, huh?"

Luke seketika pucat pasi, ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Memang tak berguna, kalau kau lelaki, harusnya kau membalas pukulanku! Ayo pukul!" Calum mendekatkan tubuhnya untuk dipukul oleh Luke, tetapi Luke hanya diam.

"Calum, sudahlah jangan terlalu emosi." Ashton setengah berteriak menengahi pertengkaran mereka.

"Aku ingin bicara, tetapi aku tak akan memukulmu. Aku tahu kau tak akan kembali seperti keadaan yang baik-baik saja."

"Oke, bicaralah!"

"Aku minta maaf sebesar-besarnya karena telah menyakiti Keanna. Aku memang lepas kendali, emosi sehingga gadis itu menjadi pelampiasanku."

"Heh, dengar! Ia bukan tempat pelampiasan. Kau pikir dengan kata maaf, semuanya akan kembali seperti semula? Coba kau jatuhkan kaca, lalu kau satukan lagi kepingan itu. Apakah akan kembali seperti semula? Kaca itu sudah tak lagi indah! Sebaiknya kau katakan maaf pada Keanna!"

"Ia sedang tak stabil. Aku takut jika bicara padanya malah makin memperkeruh keadaan."

Calum terdiam, meredakan emosi yang dideranya. Michael terus-menerus menyadarkan Keanna, sedangkan Ashton menenangkan Calum.

Michael kembali dengan wajah sembab diwajahnya. Ia meminta maaf bahwa ia tak bisa menenangkan Keanna. Begitu banyak remehan yang ia terima sampai ia menjadi sering melakukan aksi bunuh diri dengan self harm. Ia harap Calum bisa merelakan Keanna pergi. Calum tak menangis melainkan depresi, ia menyesal mengapa tak bisa melindungi gadis itu. Ia menggeram, mengepalkan jarinya dan meninju dinding rumah Keanna. Luke menangis sejadi-jadinya. Menyesali apa yang ia telah berbuat.

"Menangis tak akan bisa menyelesaikan masalah Luke, kau biang keladi semua ini." Ashton berbicara sinis menatap lelaki yang menenggelamkan wajah dikepalan tangannya.

Luke pun gila, ia dibawa ke rumah sakit jiwa. Calum sudah merelakan Keanna pergi dengan tenang. Hanya Ashton dan Michael yang kini mengerti akan dirinya.

*****

If i smile and don't believe
Soon i know i'll wake up from this dream
Don't try to fix me, i'm not broken
But,
These wounds won't seem to heal
This pain is just to real
There just to much that time can not erase 
- Evanescence

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...