Kamis, 16 Juni 2016

Stuck In The Moment

Hi guys, kembali lagi dengan saya malam ini. Kali ini saya bikin cerpen bukan tentang 5sos nih. Tetapi kali ini cerpennya merupakan request dari teman saya tentang masa lalunya hahaha.
Semoga suka ya , bonne nuit :)


******

"Kring.. Kring.. Kring."

Alarm berbunyi menunjukan pukul 07:30 pagi. Ia tak tahu aku masih bergelayut dengan mimpiku mengenai sosok lelaki beberapa tahun silam saat aku menginjakkan kaki di bangku SMP. Seorang lelaki yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama.

Sebenarnya mataku dan jiwaku masih menginginkan untuk tidur dikarenakan diri ini cukup lelah atas kegiatan yang kulakukan kemarin. Tetapi apa daya, mataku malah terbelalak ketika melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul berapa dan diri ini jatuh terjerembab secara spontanitas tanpa izin dariku.Tak banyak cakap, aku langsung menyambar pakaianku untuk berangkat menuju kampus. Aku akan telat hadir hari ini. TELAT OMG!!!

Kunyalakan mesin motorku dengan segera, aku tak mau berlama-lama memanaskan mesin karena aku akan tertinggal satu mata kuliah yang penting sekali bagiku. Kalau orang tuaku mengetahui hal ini, aku pasti sudah habis dimarahi olehnya.

Yap! Ternyata dugaanku benar. Aku tertinggal setengah jam untuk mata kuliah Psikologi Faal. Dosen itu tak membiarkanku masuk untuk mengikuti mata kuliahnya. Yang benar saja, aku sudah telat setengah jam dan aku berpikir dengan mudahnya bahwa aku akan diperbolehkan masuk. Lalu aku kembali keluar kelas dengan rasa bersalah. Kalau saja aku tak memimpikannya dan segera bergegas mandi, mungkin tak akan seperti ini jadinya. Aku menundukkan kepala sejenak. Masih memikirkan bagaimana aku bisa memimpikan laki-laki itu. 

"Sudahlah, tak usah meratapi nasib. Terima saja kenyataannya bahwa kau telat. Kau tidak sendiri, ada aku disini." Seorang pria bertubuh tinggi dengan mengenakan T-shirt biru itu menegurku dari belakang. Ia berbicara padaku sambil mengetik sesuatu di laptopnya 

"Si- siapa kau? Tak usah ikut campur dengan urusanku." Aku membalasnya dengan nada yang ketus.

"Asal kau tahu, aku juga telat. Sama sepertimu. Bolehkah jika aku menemanimu daripada kau terus-menerus meratapi nasibmu yang menyedihkan itu."

"Enak saja. Mudah sekali ia berbicara seperti itu." Ujarku dalam hati.

"Oke, kau boleh menemaniku asal kau bisa diam. Mengerti?"

"Oke, kau boleh ikut aku sekarang."

"Tap- tapi.." Belum ku menyelesaikan omonganku, ia langsung menarik tanganku. Ia memaksaku untuk menaiki motornya lalu kami menuju Mall yang letaknya tak jauh dari kampus kami. Kemudian, kami langsung menuju lantai tiga gedung Mall itu. Ia memasuki ruangan yang bertuliskan XXI pada pintunya. Ia menyuruhku untuk memilih sebuah film. Aku tak menyangka ia mengajakku untuk menonton bersama. Walaupun kami baru saja saling kenal, kurasa pria ini cukup asik. Ia menyuruhku untuk memilih judul film dan aku memilih film yang baru saja rilis hari ini. Film itu berjudul "Angry Birds."

Ia tak menyangkal ketika ku memilih film itu, ia hanya menyuruhku membeli tiket untuk dua orang. Untuk menunggu tayang film tersebut tidak lama, hanya membutuhkan waktu dua puluh menit. Setelah pintu bioskop dibuka, kami memasuki ruang bioskop. Aku banyak tertawa saat menonton. Ia hanya menatapku dengan sedikit aneh tetapi tak apa. Ia belum tahu siapa diriku.

Tetapi aku tak tahu mengapa. Seharusnya aku merasa bahagia menemukan pria seperti itu, namun aku terlalu risih. Ia menjadi sering mengikutiku kemanapun aku pergi. Ia selalu menuntut untuk mengantarku pulang kerumah kalau jam kampus telah usai.. Aku tak mau terus-menerus seperti ini. Maka aku memutuskan hubunganku hanya sebatas itu. Kutemukan raut wajahnya berubah menjadi sedih, ia terus bertanya mengapa aku seperti ini. Aku hanya menjawab bahwa aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak karena ia lebih tua tiga tahun dariku. Dan tak lupa aku berterimakasih kepadanya karena telah ikhlas menghiburku selama beberapa hari sebelumnya.

Hari-hari berikutnya mulai berjalan seperti biasa, tanpanya disampingku. Orang yang membawakan buku-bukuku ketika aku kerepotan membawa buku yang menumpuk kini sudah berjalan jauh dariku. Tapi kami tetap berteman, terkadang aku atau dia memberikan senyum satu sama lain tanda keramahan.

Aku menaiki lift menuju lantai enam kampusku. Tak tahu mengapa, aku ingin sendiri. Setelah pintu lift terbuka, aku menuju roof top kampus untuk menghirup udara segar. Sesosok pria itu terngiang lagi dipikiranku. Teringat ketika ku berulang tahun, ia mengucapkannya lewat voice message. Aku sangat ingat hari itu. Walaupun kami sudah berbeda kampus, ia masih mengingat diriku. Tiga tahun itu terasa seperti kembali lagi. Burung-burung yang berterbangan sambil berkicau seakan menyanyikan sebuah lagu untukku. Aku ingin ia tahu bahwa hatiku masih miliknya. Aku sendiri juga tak mengerti mengapa aku masih menyayanginya padahal tak sedikitpun ia memikirkanku. Tapi aku merasakan hal berbeda akhir-akhir ini. aku seperti masih jatuh dilubang yang sama, yaitu jatuh cinta kepadanya. Walaupun itu tak berakhir indah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...