Kamis, 17 Januari 2019

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo,

Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyalah terdengar suara seekor kucing kecil mengeong dari kolong meja pingpong. Saat itu, aku berniat untuk menolongmu walaupun aku tidak terlalu menyukai hewan. Tetapi, aku tidak tega membiarkanmu terus-menerus kelaparan. Sampai akhirnya keesokan malam, kamu berusaha untuk menunjukan dirimu yang mungil di depan mobilku. Kamu meringkuk kedingingan meminta pertolongan. Tidak henti-hentinya kamu mengeong. Aku sempat bingung bagaimana cara untuk membuatmu nyaman. Sebenarnya, kamu sudah aman dan nyaman di pelukanku dan sepupuku. Kamu tidak akan terluka. Namun, kurasa kami tidak bisa menjagamu sepenuhnya. Penghuni rumah ini sangat sibuk. Bahkan ayahku tidak terlalu menyukai hewan. Kamu tahu? Kamu telah berhasil mencuri hatiku. Semenjak hadirnya dirimu, setiap bangun pagi perhatianku tertuju padamu. Aku langsung mencarimu karena takut hilang. Namun, nyatanya pagi itu adalah pagi yang buruk. Kamu hilang, Cinyo. Kamu pergi entah ke mana. Aku dan sepupuku panik karena tidak bisa menemukanmu. Sontak, kami sempat menjatuhkan bulir hujan dari mata ketika kamu hilang. Singkat cerita, sepupuku baru saja pulang kuliah. Ia menemukanmu kembali ke rumah. Kamu kembali, Cinyo. Itu artinya, kamu masih mengingat kami! Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang. Jadi, aku tidak tahu kalau kamu kembali. Tak lama kemudian, ada seorang anak kecil lelaki memakai seragam sekolah dasar. Ia tertarik denganmu, Cinyo. Ia berminat untuk merawatmu setelah sepupuku dengan berat hati menawarkan Cinyo untuk diadopsi oleh orang lain. Akhirnya, anak kecil itu meminta izin dengan ibunya, lalu membawamu pulang ke rumahnya. Kini, kita benar-benar berpisah, Cinyo. Aku tak akan bisa lagi mendengar meonganmu setiap pagi. Aku tak akan bisa lagi memberimu susu. Aku tak bisa lagi memanjakanmu, kucing kecil. Kamu pergi di saat aku sudah mulai mencintai dan menyayangimu. Namun aku sadar, cinta memang tak selamanya memiliki. Adakalanya, kita harus merelakan sesuatu yang kita sayang itu pergi. Contohnya, aku harus merelakanmu diadopsi oleh orang lain. Aku sangat sedih, Cinyo. Aku dan sepupuku sangat sedih. Maaf bila kami tidak bisa menjagamu seutuhnya. Namun, setidaknya sudah berusaha untuk membuatmu merasa nyaman walau tinggal hanya sementara di singgasanaku. Cinyo, kamu memang sudah menjadi milik orang lain, tapi kamu akan selalu terkenang di hatiku dan sepupuku. Terima kasih telah hadir walau hanya singgah sementara, kucing kecil. Semoga kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...