Senin, 30 Mei 2016

Wherever You Are

(Notes : y/n itu your name)

*****

Aku mendekatkan tubuh ke dekat tungku api yang sudah kunyalakan di halaman rumah. Cuaca malam hari di London memang sangat dingin hingga aku terjangkit flue. Berbagai lapisan pakaian dan jaket tebal bahkan sudah menempel di tubuhku. Dengan menyalakan tungku api akan terasa lebih baik. Angin malam yang sangat genit, ia memainkan helai rambutku yang terurai sampai berantakan seperti seekor singa. Aku mengambil gitar dan bernyanyi sepanjang malam. Calum memasuki halaman rumahku dengan santainya. Sudah biasa jika ia keluar masuk rumah dengan seenaknya karena aku pun juga begitu. Ia menghentikan nyanyianku, kami duduk berhadapan dan ia bergantian menyanyikanku dengan lagu jadul bandnya.

"It started on a weekend in May
I was looking for attention needed intervention
Felt somebody looking at me
With a powder white complexion feeling the connection
The way she looked was so ridiculous
Every single step 
Had me waiting for the next
Before i knew it, it was serious
Dragged me out of the bar
To the backseat of the car
When the lights go out
She's all i ever think about
The picture burning in my brain
Kissin' in the rain
I can't forget my English love affair."

Ia menatapku sambil bernyanyi. Kurasa ia sengaja menyanyikannya karena lagu itu ia buat pada saat awal pertemuan kami di akhir bulan Mei. Tetapi aku tak terlalu tertarik padanya, mataku justru beralih pad laki-laki disebelah Calum yang berambut blonde dengan bola mata berwarna biru. Ia sangat menggoda. Calum hanya memberi senyuman dan lambaian tangan saat kami bertemu sedangkan pria itu itu memberikan seulas senyum yang kemudian memudar. Lalu pertemuan kami berlanjut hingga saat ini.

Luke Hemmings, pria asal Australia ini yang telah mengubah hariku menjadi lebih bermakna. Tiap kali ku melihatnya di video keek yang ia unggah bersama Michael, Ashton, dan Calum membuatku tertawa berlebihan, terlebih lagi ulah yang dilakukan oleh Calum dan Mike itu sangat konyol menurutku. Tetapi, disatu sisi aku bahagia dapat dipertemukan dengan empat lelaki konyol seperti mereka.

"Nyanyian yang bagus, Cal." Aku bertepuk tangan sembari meneguk secangkir teh hangat dan juga memberikan teh itu kepada Calum.

"Terima kasih, aku membuat lagu itu khusus untukmu." Ia tak kalah semangat mengatakannya dengan aksennya yang khas.

"Aku lebih semangat lagi jika yang menyanyikanku malam ini adalah Luke."

Raut wajahnya seketika berubah. Ia menggelembungkan pipinya yang chubby dan memajukan bibirnya seakan merengek seperti anak kecil dan tak lupa ia memasang wajah puppy face andalannya ketika sedang sedih. Menggemaskan sekali orang ini.

"Cal, stop memasang wajah imutmu itu. Kau membuatku tak bisa berhenti tertawa hahahaha."
Calum tetap memasang wajah puppy face nya agar terlihat menggemaskan. Ya, aku tak menyangkal, seorang pria berwajah imut namun memiliki biceps yang ideal. Tetapi ia tetaplah menggemaskan.

"Y/n, stop memanggil nama Luke atau kau kubiarkan sendiri disini."

"Ya, ya, ya aku mengerti Cal. Dan stop memasang wajah sok imutmu itu." Ia hanya tertawa. Namun beberapa detik kemudian ia berbicara.

"Y/n, bisakah aku bicara?"

"Tidak. Ya tentu saja boleh, Cal silahkan."

"Luke sebenarnya peduli padamu, tapi-"

"Tapi apa, Cal?"

"Sewaktu kami menggelar konser di America, kami berpencar. Aku dan Michael ke Grand Canyon untuk memanjakan mata melihat alam yang indah sedangkan Luke dan Ashton pergi ke Los Angeles, dimana seluruh aktris dan aktor hollywood sebagian berada disana. Lalu, setelah kami selesai berlibur dan kembali ke hotel, Luke bercerita bahwa ia bertemu gadis yang bernama Arzaylea. Tak banyak cakap. Aku mengabaikan dan membiarkan kami berdebat sebentar karena aku tahu kau menyukai Luke dan ia tahu itu. Aku yakin Luke tak tergoda, tapi gadis iblis itu terus menerus menggoda Luke hingga akhirnya menerima permintaan gadis iblis itu untuk menjadi kekasihnya."

Aku tercengang, "A-apa kau bilang-." Belum selesai bicara Calum memotomg pembicaraanku.

"Ashton bilang ternyata Arzaylea sudah di setting hanya untukku dari management. Mungkin karena aku sama sekali tak peduli dengan wanita dan sampai sekarang aku tak memiliki kekasih. Tapi Mike pun juga tak memiliki kekasih, lantas mengapa aku yang dijodohkan dengan Arzaylea? Dan mengapa mereka tak mencoba menjodohkan Mike juga? Huh, aku lebih memilihmu dibanding wanita itu, y/n."

Aku tak bisa berkata-kata lagi. Aku tak menyangka selama ini Luke sudah mempunyai kekasih. Pupus sudah. Tetapi aku beruntung karena gadis itu tak mendekati Calum karena Calum terlalu baik dan terlalu polos. dan aku lebih beruntung karena Calum tak tergoda dengan gadis iblis macam itu. Calum terus saja berkicau disampingku dan aku melamun.

"Y/n? Hey y/n. sudahlah tak usah dipikirkan." Ujar Calum dan Aku masih dalam lamunan.

"HELLOO Y/N, ARE YOU OKAY, GIRL?" Calum berteriak di telingaku. Aku hampir menonjoknya karena terlalu tenggelam dalam dunia sendiri.

"Hey hey calm down girl. Don't be sad. I will always beside you with Mike and Ash." Calum tersenyum sambil memelukku.

*****

Hari-hari berikutnya aku selalu mendengar kabar bahwa si gadis iblis itu sedang berjalan bersama dengan Luke, dinner, dan lain-lain. Ia tak pernah mau berbagi Luke Hemmings dengan para fansnya. Pernah suatu ketika, aku tak sengaja bertemu mereka dan memergokinya. Gadis iblis itu terus berulah dan anehnya Luke tak merasa risih. Aku sendiri risih melihat tingkahnya. Sedetik kemudian, mataku tak bisa berkedip. Aku kaget setengah mati ketika Arzay merapatkan jarak diantara mereka dan.. bibir mereka saling berpaut. Sepertinya sebilah pisau sudah menghujam jantungku hingga diri ini mati rasa. Aku tak merasakan apa-apa. Apa gunanya diriku disini, lebih baik aku meninggalkan tempat ini toh Luke juga tak akan pernah melihatku. Perlahan, air mataku sudah membanjiri wajahku. Aku tak tahu harus berbuat apa hari ini. Si gadis iblis itu juga tak akan tahu bagaimana rasanya.

Aku membendung rasa sakit ini dikamar. Bisa saja ku melakukan hal gila. Tapi aku masih waras. Aku ingat kata-kata dari Mike, Calum dan Ash yang selalu menyemangatiku dengan, "stay strong beautiful, you're gonna be okay." 

Berita telah tersebar bahwa mereka telah berciuman. Berbagai media memotretnya dan mencetak gambar itu ke koran, majalah, dan sebagainya. Aku yang sudah mengetahui hal ini hanya diam sementara disampingku ada Ash dan Mike. Calum sedang sibuk menulis lagu dikamarnya.

"Y/n, kau tahu hal ini?" Ashton berbicara, aku diam seribu bahasa.

"Y/n, bicaralah jangan diam saja. Aku tak suka dengan keadaan seperti ini." Mike menyambung perkataan Ashton.

"Aku tak apa, hanya sedikit pusing." Aku menjawab dengan acuh tak acuh.

"Aku yakin kau sudah mengetahui hal ini lebih dulu. Kalau kau belum mengetahui, kau tak akan berdiam diri seperti ini."

"YA, AKU SUDAH TAHU ASHTON. AKU MENGETAHUINYA." Aku berteriak sekuat tenaga hingga Calum keluar kamar.

"Hey hey ada apa? Kok ribut-ribut? Apa yang kau ributkan? Dan.. Hey, kenapa matamu sembab y/n?" Calum beralih pandang dan memandangi Ashton dan Mike.

"Kau apakan y/n?! Kenapa mata y/n sembab, Ash, Mike!" Calum meninggikan nada bicaranya hingga mereka tersedak teh yang mereka minum."

"Uhuk, hey Cal. Santailah, kami tak menyakiti y/n. Lihat koran itu." Ashton melirik sebuah koran agar Calum mengerti lirikan matanya. Ia ambil koran itu kemudian membantingnya keras-keras.

"ARGH! Luke brengsek! Gadis iblis sialan! Aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi. Sudah berapa hari ia tak pulang ke hotel. Mike dan Ash, kau bisa mencarikannya untukku? Kita harus bicara dengannya." Ujar Calum sambil memakai jaket dan mengambil kunci mobil.

"Cal, kau mau kemana? Sudah malam. Kita tak mungkin menemukan Luke." Ujar Mike.

"Mike, Ash. Kita ini lelaki. Kita pasti bisa menemukan Luke. Aku tahu ia dimana."

"Ehm.. Cal, Mike, Ash. Lebih baik aku yang pergi." Ujarku dengan suara pelan hingga berlalu dan berjalan menuju roof top hotel.

"Y/n, kita tak bisa membiarkanmu sendiri. Jangan pergi ke  roof top, please. Aku tahu kau mau melakukan apa. Mereka berbicara berbarengan dan kemudian saling bertatapan dan tertawa. Tawa yang indah.

"Aku hanya ingin menghirup udara segar. Udara disini sejuk."

"Dan setelah itu kau akan hilang akal lalu kau menjatuhkan diri dengan lompat. Tidak. Tak akan kubiarkan." Ujar Michael.

"Kami bisa ikutan mati kalau begitu caranya." Ujar Calum.

"Besok aku akan kembali ke Indonesia, Cal, Mike, Ash."

"AP-APA???!" Mereka berteriak berbarengan.

"Ya, aku akan kembali ke negaraku. Kupikir aku sudah tak ada gunanya lagi disini, percuma. Aku jatuh cinta pada pria berbola mata biru, lalu sakit hati dengan sendirinya."

"Y/n, kami yakin Luke tidak sebejat itu. Kami mengenal Luke. Hanya saja ia tergoda dengan gadis iblis itu."

"Kalau Luke tergoda, kemungkinan besar ia menyukainya. Sudahlah anggap saja aku tak ada selama ini, hanya parasit."

"Y/n, kau tak boleh seperti itu."

"Besok antarkan aku ke bandara pukul tujuh pagi, pesawatku berangkat pukul delapan. Aku sudah membeli tiket pesawat dari jauh-jauh hari tanpa sepengetahuan kalian, jadi kalian tak usah mengkhawatirkanku."

Keheningan mengisi ruangan ini. Kami menangis dan berpelukan bersama-sama. Aku bahagia bertemu dengan mereka termasuk.. Luke Hemmings.

******

Writer's pov

Hari ini y/n kembali ke negaranya. Itu artinya, Kami akan jarang bertemu dengannya. Kami sudah satu jam berada di bandara sebelum keberangkatan y/n. Menunggu gate delapan dibuka, kami bercerita dan tertawa bersama. Tiba-tiba, kami mendngar suara yang tak asing. Kami mengenalnya. Ia berlari susah payah untuk menggapai kami. Dia, Luke.

"Y/n mana y/n?! Aku harus bicara padanya, aku mohon." Pinta Luke dengan amat sangat.

"Buat apa Luke? Sudah terlambat." Michael hampir menonjok lelaki itu tapi Calum menahannya.

"Darimana saja kau? Y/n tak mau bicara denganmu, percuma." Ujar Ashton.

"Biarkan ia berbicara denganku." Ujar y/n dari balik dinding.

"Y/n, maaf. Maafkan aku. Aku tak bermaksud menyakitimu dengan foto itu. Aku tahu kau terluka tapi jangan kembali ke neg-"

Y/n menutup mulut Luke hingga ia tak melanjutkan bicaranya. Ia melantunkan sedikit lagu.

"For a while we pretended
That we never had to end it
But we knew we'd had to say goodbye
You were crying at the airport
When they finally closed the plane door 
I could barely hold it all inside."

Kemudian, Ashton, Michael, Calum dan Luke mengikuti y/n bernyanyi.

"Torn in two
And i know i shouldn't tell you
But i just can't stop thinking of you
Wherever you are."

Mereka menangis bersama, panggilan gate untuk pintu ke delapan telah dibuka. Luke memeluk y/n dengan erat seakan tak mau kehilangan, tetapi semua sudah terlambat.

Y/n juga mengucapkan selamat tinggal untuk Calum, Mike dan Ash karena sudah menemaninya selama tinggal berlbur di London.

"I will always love you." Kata y/n berteriak kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...