Kamis, 19 Mei 2016

The Emptyness

*Note : disarankan sambil dengerin lagu My Immortal dan Hello by Evanescence, mungkin lebih terasa menyentuh*



*Ini cuma imagine, fan fiction. Jangan dibawa serius. Okay readers ;)*


"Keanna! Jangan sakiti dirimu. Aku mohon, berhentilah. Jika kau bertidak seperti itu terus-menerus, coba bayangkan orang yang kau sayangi sedang menyayat dirinya sendiri di depan orang yang menyayanginya. Rasanya sangat sakit. Sama saja kau menyayat hatiku! Berhentilah Keanna!"

Kata-kata itu terus terngiang ketika aku kembali memikirkan peristiwa kejadian tadi siang. Membuatku sedikit pusing kepala karena memikirkannya. Aku memang laki-laki tak berguna. Dimana aku saat sahabatku lagi dan lagi ingin mencoba bunuh diri?! Dimana aku saat ia membutuhkan pertolongan?! Dimana aku saat hatinya telah hancur berkeping-keping?! Aku malah asyik menemani gadis lain sementara sahabatku sedang dalam keadaan buruk. Oh Tuhan, maafkan aku yang terlalu memikirkan ego sendiri.

*****

"Hey Kean, sudah baikan? Aku mencemaskanmu, kau tahu?" Aku mendatangi kamarnya ketika ibunya mengizinkanku masuk menemuinya.

"Buat apa kau kesini Calum?! Aku lemah. Aku tak berdaya. Aku sakit. Tapi kau tak pernah merasakan hal itu kan?"

"Keanna, berhentilah untuk menjelek-jelekkan dirimu. Kau tak sejelek yang kau kira. Aku yakin kau pasti bisa melawan rasa sakitmu. Tinggalkanlah dia yang hanya membuatmu semakin jatuh. Kau bisa lihat aku disini."

Keanna hanya bisa menangis di bahu sahabatnya, ia memeluk Calum dengan erat seakan ia ingin Calum merasakan perih di dadanya.

"Kau bisa panggil aku, kapanpun kau mau, kapanpun kau membutuhkanku, akan ku usahakan selalu ada untukmu."

"Terimakasih Cal, aku sangat menyayangimu."

"Aku lebih menyayangimu."

Calum menyelimuti Keanna dengan lembut, membiarkan gadis itu tertidur dengan nyenyak. Sudah setahun dirinya sering drop karena ia merasa dirinya selalu saja tersisihkan, orang-orang hanya mementingkan diri sendiri. Bila ada yang datang padanya, itu hanya untuk memanfaatkan dan ada maunya saja. Hanya Calum yang mengerti karena ia pernah mengalami hal yang sama.

*****

"Hei sob, bagaimana kabar Keanna?" Michael bertanya pada Calum usai latihannya dengan group bandnya selesai.

"Sudah lebih baik. Tapi aku harus hati-hati. Dia terus-menerus melakukan self harm dengan cutting herself. Baginya, dengan menyayat semuanya akan lebih baik."

"Oh, turut bersedih Cal. Ashton sudah tau masalah ini? Lebih baik nanti malam kita kerumahnya. Aku ingin menjenguknya. Aku rindu padanya."

"Kau rindu? Memang kau siapa? Tanya Calum dengan nada bicara yang menyindir.

"Tenang sob, aku ini juga temannya. Teman tak akan tega melihat temannya dalam keadaan drop begini."

"Yeah, terimakasih atas pengertianmu."

*****

Keanna membanting piring yang ada disekitarnya. Didepan kekasihnya, ia tak segan-segan untuk menjadi gadis beringas, pemberontak dan keras kepala. Ia mengambil satu pecahan piring yang ia pecahkan tadi.

"Lihat ini Luke! Lihat ini! Kau tahu ini apa? Ini beling sayang, ini benda tajam. Hahaha! Sebuah benda yang sangat menyakitkan jika perlahan-lahan menyentuh diriku! Tangis Keanna pecah, seluruh make up nya hampir luntur ketika air yang menggenangi matanya sudah tak kuat untuk membendung tangisan itu lagi. Walaupun begitu, kecantikannya tak akan hilang ditelan lunturnya make up yang ia kenakan.

"Kau tahu Luke? Sangat remeh dan tak penting untukku bila aku melihat kau berjalan dengan wanita lain, membicarakan gosip tak benar tentang diriku, membuat diriku tak berguna dihadapan orang lain. Aku tak apa. Tak akan kenapa-napa. Oh, apa kau menganggap ini semua hanya permainan belaka? Haha, bahkan selama ini kau tidak menganggapku kekasihmu? Akupun juga begitu Luke, Kita sama jahatnya. Kau mengkhianatiku didepan orang banyak, dan aku mengkhianati keluargaku dengan berbohong kepada mereka bahwa selama ini aku dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi tidak sebenarnya. Sekarang aku bebas untuk self harm. Tak ada yang bisa melarangku!"

Keanna mulai menyayat tangannya dengan pelan. Luke tidak berusaha untuk menghentikannya. Ia masih terpaku akan kalimat yang diucapkan Keanna tadi. 

BRUKK!!!

Gebrakan pintu terdengar keras. Begitu melihat pemandangaan yang tak enak dilihat, Calum langsung menghentikan perbuatan Keanna diikuti Ashton dan Michael.

"Keanna, please berhenti! Keanna, lihat aku! Tatap mataku Keanna! Lihat aku!" Calum berusaha menyadarkan Keanna.

"Aku takut Cal, aku takut. Aku tak bisa mengendalikan diriku." Keanna menangis sejadi-jadinya.

"Kau pasti bisa Keanna, tatap mataku!" Calum mengguncang tubuh Keanna lebih keras.

BUMP!!

Satu pukulan berdarat di pipi Luke. Membuat sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah segar.

"Oh, jadi ini lelaki tak tahu diri yang sudah membuat orang yang begitu berarti untukku sekarang menjadi sangat down. Kau tak pantas untuk dikatakan sebagai lelaki, cuih!" Calum membuang ludah sembarang didekat Luke berdiri."

"Mana kekuatanmu? Kau tidak berencana untuk membalas pukulanku, huh?"

Luke seketika pucat pasi, ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Memang tak berguna, kalau kau lelaki, harusnya kau membalas pukulanku! Ayo pukul!" Calum mendekatkan tubuhnya untuk dipukul oleh Luke, tetapi Luke hanya diam.

"Calum, sudahlah jangan terlalu emosi." Ashton setengah berteriak menengahi pertengkaran mereka.

"Aku ingin bicara, tetapi aku tak akan memukulmu. Aku tahu kau tak akan kembali seperti keadaan yang baik-baik saja."

"Oke, bicaralah!"

"Aku minta maaf sebesar-besarnya karena telah menyakiti Keanna. Aku memang lepas kendali, emosi sehingga gadis itu menjadi pelampiasanku."

"Heh, dengar! Ia bukan tempat pelampiasan. Kau pikir dengan kata maaf, semuanya akan kembali seperti semula? Coba kau jatuhkan kaca, lalu kau satukan lagi kepingan itu. Apakah akan kembali seperti semula? Kaca itu sudah tak lagi indah! Sebaiknya kau katakan maaf pada Keanna!"

"Ia sedang tak stabil. Aku takut jika bicara padanya malah makin memperkeruh keadaan."

Calum terdiam, meredakan emosi yang dideranya. Michael terus-menerus menyadarkan Keanna, sedangkan Ashton menenangkan Calum.

Michael kembali dengan wajah sembab diwajahnya. Ia meminta maaf bahwa ia tak bisa menenangkan Keanna. Begitu banyak remehan yang ia terima sampai ia menjadi sering melakukan aksi bunuh diri dengan self harm. Ia harap Calum bisa merelakan Keanna pergi. Calum tak menangis melainkan depresi, ia menyesal mengapa tak bisa melindungi gadis itu. Ia menggeram, mengepalkan jarinya dan meninju dinding rumah Keanna. Luke menangis sejadi-jadinya. Menyesali apa yang ia telah berbuat.

"Menangis tak akan bisa menyelesaikan masalah Luke, kau biang keladi semua ini." Ashton berbicara sinis menatap lelaki yang menenggelamkan wajah dikepalan tangannya.

Luke pun gila, ia dibawa ke rumah sakit jiwa. Calum sudah merelakan Keanna pergi dengan tenang. Hanya Ashton dan Michael yang kini mengerti akan dirinya.

*****

If i smile and don't believe
Soon i know i'll wake up from this dream
Don't try to fix me, i'm not broken
But,
These wounds won't seem to heal
This pain is just to real
There just to much that time can not erase 
- Evanescence

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...