Jumat, 29 Juli 2016

One

"Sweetheart, buka pintunya. Aku tahu kau di dalam. Kau belum makan siang, sejak pagi kau mengurung diri dikamar. Bukalah pintunya." Desak Ashton yang sedari tadi bolak-balik mengetuk pintu kamarku dan mengganggu waktu kesendirianku. Buat apa ia kesini? Mengganggu saja. Lagipula aku tak membutuhkan teman untuk saat ini. Pasti ibu yang menyuruhnya menggedor-gedor pintu kamarku. ARGH!! Kau tahu? Itu adalah hal yang paling kubenci disaat aku sedang ingin sendiri, tetapi orang lain mengganggumu, sial. Ia tak tahu alasanku mengurung diri karena apa. Kalaupun aku bercerita padanya, ia juga tak akan tahu rasanya bagaimana.

"Diam, Ash! Kubilang diam! Sebaiknya kau pulang, itu akan lebih baik dan aku akan baik-baik saja." Bentakku padanya. Aku tahu, seharusnya aku tak membentaknya karena ia tak ada masalah denganku. Tapi aku benci dengan temannya dan lebih tepatnya aku benci pada sahabat dekatnya.

Selang beberapa menit, Ashton tak menjawab. Kemudian, ia menjawab lagi, "Oke y/n. Aku akan menunggumu keluar kamar sampai kau menyentuh makananmu!"

Huh, keras kepala sekali orang itu. memangnya ia tak mendengar perkataanku tadi? Aku benar-benar ingin sendiri. Benar-benar sendiri. Aku masih terlalu marah terlebih lagi kecewa pada saat kulihat layar handphone ku dan membuka Line. Sontak kulempar handphone sampai retak layarnya. Gila memang. Handphone ku lebih berharga daripada dia, tetapi aku malah membanting handphoneku sendiri. Harusnya aku membanting dia, bukan handphoneku.

"Oke-oke, aku keluar, puas?" Kurapihkan rambutku dan menguncirnya. Membersihkan muka seperti biasa sampai terlihat segar walaupun kantung mata masih terlihat jelas dimataku. Aku melihat Ashton sedang merapihkan meja makan.

"Ashton? Kau masih disini? Tanyaku sambil mengucek mata. Ia hanya menjawab bahwa ia akan menungguku sampai aku keluar kamar dan kemudian tersenyum. Baik sekali orang ini. Kemudian ia menyuruhku untuk makan. Ia terlihat seperti seorang kakak dimataku. Ia sangat peduli padaku. Padahal Luke, kakakku tidak memperlakukanku se-spesial ini. Luke lebih jahil dan menyebalkan. Jarang membelikanku mainan, jarang membuat lelucon, sedangkan Ashton berulang kali membelikanku mainan yang lucu agar aku tak kesepian, leluconnya pun kerap membuatku tertawa. Sebenarnya kakakku ini Luke atau Ashton? Mengapa Ashton sangat peduli padaku seperti seorang kakak kepada adiknya? Entahlah, mungkin karena aku adik dari Luke-teman satu bandnya dan ia kenal baik dengan Luke, maka dari itu ia menganggapku seperti adik kesayangannya. Dan lihat saja, bahkan saat kondisiku seperti ini, Ashton yang menghiburku, bukan Luke. Kakak macam apa Luke itu.

Aku menghabiskan makananku. Kenyang sekali rasanya, perutku seakan mau meledak. Kau tahu? Porsi makanku sangat banyak tetapi aku tak bisa gendut. Tak tahu mengapa, padahal aku ingin merasa gemuk karena aku terlalu kurus. Menyebalkan bukan? Disaat para gadis ingin kurus, aku ingin gemuk. Hhh...

"Terimakasih Ashton, aku sangat kenyang hahaha." Tawa lebar menghiasi wajahku dan aku yakin wajahku belepotan makanan.

"Sama-sama sweety, aku sangat senang kau sudah tak sedih  dan aku yakin, hanya makanan yang membuatmu lupa akan kesedihanmu." Ujarnya membuatku tersenyum-senyum sendiri.

"Jangan memanggilku sweety atau sweetheart, Ash. Kalau Luke tahu ia akan mengamuk mungkin."

"Ia tak akan mengamuk, karena ia membiarkanku untuk mendekati adiknya hahaha."

"Kau terlalu pede, Ash. Pede mu besar sekali, wow."

"Yang penting aku bisa melihat tawa lebarmu y/n, aku tak tahan melihatmu seperti tadi. Berantakan tak karuan seperti tak pernah diurusi. Aku jadi bertanya dimana sisi cantikmu? Y/n sedikit lebih jelek hari ini."

"Aku memang jelek, Ash. Siapa bilang aku cantik? Nia lebih cantik dariku." OMG, apa yang barusan aku katakan? Aku menyebut nama Nia. Tak bisa dibiarkan. Ashton kenal dengan Nia. Pasti ia akan bertanya-tanya setelah ini.

"Hey, Nia katamu? Kau lebih menggemaskan dibanding Nia. Aku lebih memilihmu." Ashton terlihat berusaha menghiburku begitu aku tak sengaja menyebut nama Nia.

"Sudahlah, Ash. Sebaiknya kau kembali ke studio bandmu. Luke, Cal dan Mike mungkin sudah menunggu lama disana. Tak usah banyak cakap denganku. Aku tak apa." Aku kembali memurungkan wajah.

"Dengar y/n. Seburuk apapun kau, sejelek apapun kau itu tak masalah. Fisik akan kalah oleh kecantikan hati. Dan hatimu cantik, kau cantik sebenarnya."

"Aku lelah berbicara denganmu. Kau orang ke-empat yang menyebutku cantik setelah Luke, ibu, dan ayah. Sudahlah, sana kembali. Jangan mencoba membuatku bahagia, Ash. Mood ku sedang hancur hari ini."

"Baiklah kalau itu yang kau mau, aku akan pergi. Tapi jangan lupakan makan dan jangan terlalu larut dalam kesedihan ya, aku tak suka itu."

"Iyaa, Ashton. Lebih baik kau yang menjadi kakakku dibanding Luke deh. Terimakasih hari ini."

Ashton melambaikan tangan dan mulai melaju pelan dengan motornya. Aku tak tahu apa yang ia maksud. Ia sangat baik, perhatian dan peduli padaku. Sedangkan Luke? Ia sibuk dengan bandnya, sibuk berkencan dengan Arzaylea kekasihnya, dll. Memang, Luke adalah Lead Vocal di 5sos. Tapi seharusnya ia ingat akan diriku, adiknya karena aku juga tak terlalu menyukai kekasihnya. Dan hari ini semua kekesalanku terbayar oleh hadirnya Ashton.

Ashton memarkir motornya di lahan parkiran studio. Cukup luas dengan dinding penuh ukiran gambar yang berdasarkan cover untuk lagu mereka seperti Castaway, Permanent Vacation, Waste The Night, dll. Alunan musik sudah berdentum dan terdengar pelan dari luar. Tanda bahwa ketiga temannya sudah latihan sedari tadi, bermain akustik tanpa drum dan gitar elektrik. Hanya mengandalkan gitar akustik. Ia disambut oleh ketiga temannya dengan berjabat tangan. Luke sudah mengira bahwa Ashton telat karena mampir kerumah Luke untuk menghibur adiknya. Itu sudah menjadi kebiasaan bagi Luke menyuruh Ashton, dan ia tak keberatan jika Ashton menemani adiknya seharian karena Luke terlalu sibuk.

"Hey bro, gimana sama y/n? Dia baik-baik aja?" Tanya Luke langsung.

"Seperti yang lo bilang, dia baik-baik aja Luke."

"Baguslah, gue ngerasa bersalah sebenernya. Gue kakaknya, gue ditugasin nyokap buat jaga y/n, tapi malah elo yang gantiin tugas itu."

"Gapapa Luke, lagian gue ikhlas kok. Ya itung-itung gue bisa deketin adik lo lah haha."

"Yee, modus lo. Untung temen, coba kalo bukan."

"Kenapa kalo bukan? Mau tonjok? Tonjok aja sini."

"Hahaha, nggaklah. Ashton kan temen gue paling the best. Cuma lo yang bisa hibur y/n, Ash." Luke memukul canda pundak Ashton sambil tertawa. Ashton senang mendengarnya.

Calum dan Mike sdari tadi hanya fokus memainkan kunci gitar dan bass mereka.Tak peduli Luke dan Ashton membicarakan apa, yang penting tugas Calum dan Mike selesai untuk mencari nada pada lagu baru mereka yang akan datang. Luke yang menulis lagu, sedangkan Ashton mencari not balok lagu.

Hari ini cukup lelah bagi mereka karena sibuk mencari not balok, mencari nada iringan lagu, menulis lagu sambil mencari ide bukanlah hal yang mudah. Membutuhkan kreatifitas untuk menyelesaikan itu semua. Mereka kembali kerumah saat petang mulai datang. Luke langsung merebahkan diri ketika sampai dirumah. Tak lupa, ia menyempatkan waktu berdua untuk berbicara dengan y/n.

Luke mengetuk pintu kamar y/n dengan pelan. Ia tahu y/n sudah tertidur karena ini sudah jam dua belas malam. Tapi ia harus berbicara pada y/n saat itu juga.

"Y/n, bangunlah. Aku ingin bicara denganmu." Luke berbicara sambil mengetuk pelan supaya tak mengganggu orang dirumah.

"Y/n, aku sangat perlu bicara. Aku tahu kau dengar y/n. Bukakan pintunya." Luke berkata lagi. Y/n pun membuka pintu beberapa menit kemudian.

"Ada apa Luke? Ini sudah larut malam kau tahu. Aku sangat mengantuk. Lebih baik besok saja bicaranya." Y/n kembali menutup pintu tetapi Luke menahannya.

"Tunggu y/n, aku sangat perlu bicara. Please, dengarkan aku sekali saja." Luke memohon, y/n hanya mengangguk. Ia hampir jatuh karena masih setengah sadar. Untung saja Luke menahannya.

"Baiklah, apa yang ingin kau katakan? Cepat. Aku ingin tidur."

"Kau tiduran saja, biar aku duduk disampingmu, menemanimu sampai kau terlelap. Anggap saja aku sedang mendongengkanmu sebuah cerita seperti dulu."

"Ya sudah, Kau ingin bertanya apa?" Tanya y/n sambil menguap.

"Apa kau menyukai Ashton?"

"Haha, kau gila. Aku menganggap Ashton sudah seperti kakak sendiri. Ia lebih perhatian padaku dibanding dirimu, Luke." Y/n berbicara seperti menyindir Luke.

"Maaf y/n-" Belum sempat Luke berbicara, y/n tengah memotongnya.

"Halah, sudah cukup Luke. Kau terlalu sibuk. Sebenarnya kakakku itu adalah Ashton atau kau? Kau membiarkan Ashton merawatku sedangkan kau malah sibuk dengan yang lain. Lalu kau anggap aku ini apa? Kau seperti menganggapku orang asing yang bukan adikmu." Y/n berbicara agak keras.

"Sstt, y/n. Jangan bicara keras-keras."

"Mengapa? Kau takut ayah dan ibu tahu bahwa yang selama ini anak pertamanya tak pernah berbicara denganku, tak pernah memperhatikanku dan sekarang kau baru mempertanyakan hal ini padaku dengan basa-basi apakah aku menyukai Ashton. Ya, kalau begini caranya mungkin aku akan menyukainya karena ia jauh lebih baik dari kau, dan kelihatannya ia tulus."

"Aku sangat meminta maaf y/n. Maaf karena aku tak pernah ada disaat kau membutuhkanku. Maaf karena aku lebih mementingkan karir dan juga Arzay. Maaf sebesar-besarnya." Celoteh Luke penuh penyesalan.

"Cuma itu? Lalu bagaimana dengan temanmu itu yang bernama Calum?"

Luke langsung terbelalak ketika y/n menyebut nama Calum.

"Maksudmu? Kenapa dengan Calum?" Luke bertanya seolah ia mengetahyu y/n punya rahasia besar dibalik semua ini.

"Luke, sebenarnya aku tak mau membicarakan hal ini karena hatiku masih sakit. Rasanya aku ingin vakum dari line atau instagram. Aku-" Y/n mulai berkaca-kaca.

"Bicaralah dengan pelan y/n. Aku akan mendengarkan." Luke dengan bijak merangkulku dengan hangat.

"Aku menyukai Calum. Sudah lama ku menyukainya. Aku menyimpan perasaan ini sendirian. Aku tak bicara kepada orang lain karena aku tahu mereka akan menganggapku lebay, mimpiku terlalu tinggi. Tapi apa kau menyadari Luke? Tatapanku pada Calum sangatlah berbeda. Aku menatapmu, Ashton, dan Michael itu adalah tatapan biasa. Tetapi, untuk Calum itu berbeda. Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Apa yang harus kulakukan ketika aku melihat Calum berdua dengan gadis itu? Mereka terlihat bahagia saat bersama, apa ia tahu ada hati yang terluka? Aku mencintainya Luke. Melihatnya tertawa bersama gadis lain itu terlalu menyakitkan untukku. Apa cinta harus sesakit ini? Apa aku salah jika menyimpan perasaan terhadapnya? Apa aku salah jika menganggapnya seperti laki-laki yang berada di satu lingkungan denganku dan berharap kita akan mengenal satu sama lain? Apa sedikitpun tak ada celah dihatinya untukku? Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dia sudah menjadi miliknya, mungkin. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan, dari jarak hati berjuta-juta meter aku tersenyum untuknya. If happy is her, i'm happy for you Cal. 😢"

Y/n menangis dipelukan Luke. Luke baru menyadari ternyata selama ini y/n, adiknya sendiri menyukai Calum, sahabatnya. Luke juga tak menyangka perasaan y/n begitu dalam unuk Calum. Ia tahu mengapa seharian ini y/n mengurung diri dikamar. Calum sama sekali tak tahu akan hal ini karena ia tak sadar akan perasaan y/n. Lagipula, Calum sudah mempunyai calon tunangan.

"Y/n, apa yang membuatmu begitu mencintai Calum? Boleh aku tahu?" Ujar Luke.

"Kalau kau minta aku menjawab, baiklah. Sebenarnya cinta tak butuh alasan. Aku menyukainya ketika aku menonton video music bandmu yang berjudul Amnesia. Sejak saat itu aku jatuh cinta padanya, tawanya yang begitu khas. Diantara pria berambut blonde, hanya dia yang berhasil mencuri perhatianku."

"Jadi, kau lebih perhatian pada Calum dibanding denganku?"

"Kau itu kakakku. Mana mungkin aku menyukaimu." Gelak y/n.

"Kakakmu kan tak kalah ganteng dengan Calum. Kau boleh menyukaiku kok." Ujar Luke sambil tertawa.

"Luke, kau ini. pergi sana dari kamarku." Y/n memukul Luke sembari bercanda dan memukulnya dengan bantal.

"Tenang y/n, kau tak perlu khawatir. Jika Calum menyakitimu, aku akan maju demi adikku tercinta. Lagipula, aku akan memberitahu Calum akan hal ini."

"Jangan Luke. Ini rahasia kita. aku tak mau Calum mencintaiku dengan rasa kasihan sementara katamu dia punya calon tunangan? Lebih baik sudahi saja semua ini. Bye, aku mau tidur." Y/n menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Luke hanya tersenyum melihat tingkah adiknya. Setidaknya, Luke sudah berhasil mengambil hati adiknya kembali seperti Ashton peduli kepada y/n.

"Good night, y/n. Semoga kau memimpikan Ashton malam ini." Sela Luke pelan ketika ia beranjak menutup pintu kamar y/n.
~The End~


BHAHAHAH gimana sama imaginenya? Lebay ya? HAHAHA *ketawa lebar* *yang penting hepi*
#malamsabtubaperbersamaemsw #malamsabtubersama5sos

Ada lagu dikit nih, pas banget buat Calum liriknya : 

He takes your hand
I die a little
I watch your eyes
And I'm in riddles
Why can't you look at me like that?

When you walk by
I try to say it
But then I freeze
And never do it
My tongue gets tied
The words get trapped

I hear the beat of my heart getting louder
Whenever I'm near you

But I see you with him
Slow dancing
Tearing me apart
'Cause you don't see
Whenever you kiss him
I'm breaking,

Oh how I wish that was me

(One Direction - I Wish)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...