Selasa, 11 Desember 2018

Kota Pelarian
















Aku suka berkelana, ke mana pun itu. Menurutku, berkelana mengitari suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi itu mengasyikkan. Belum lagi, kita akan menemui orang baru. Kita bisa berkenalan, menambah dan membangun ruang lingkup pertemanan, dari mereka kita bisa mengetahui banyak hal melalui kisah yang diceritakannya. Berkelana juga membuatku merasa lega. Aku adalah orang yang seringkali merasa penat akan kehidupan. Sesekali, kau juga butuh rehat. Mengistirahatkan pikiranmu pada seribu beban yang ada di benak. Caranya, lakukanlah apa yang kau sukai. Misalnya, dengan menyesap kopi atau cokelat panas di pagi hari maupun di malam hari sembari menuliskan sebuah cerita. Kau juga bisa riset dengan bepergian ke luar. Tak perlu jauh-jauh, pergi ke sebuah cafe terdekat pun juga membantumu untuk mencari ide yang dibutuhkan.

Seperti halnya yang aku lakukan sekarang ini. Aku sedang berada di sebuah jembatan di kota Delft. Duduk riang di kursi bersama laptop yang kupangku serta ukulele yang biasa kumainkan. Biasanya kalau kepenatan mulai datang, tempat ini akan kujadikan pelarian untuk menyegarkan pikiran dari segalanya. Sudah sebulan aku menetap di sini, di propinsi di Zuidholland yang terletak tak jauh dari kota Den Haag, Belanda. Pasti kau bingung, mengapa aku pergi jauh sekali hanya untuk mencari secuil inspirasi? Buang-buang uang saja. Sebenarnya, aku tak perlu menjawabnya karena aku sudah menjelaskannya sebelum masuk ke point. Aku suka menyendiri. Lagipula, aku sedang melarikan diri dari kenyataan walaupun kutahu itu tak akan membantu. Aku juga memutuskan untuk menimba ilmu di kota ini agar pelarianku tidak sia-sia begitu saja.

Namaku Nadeen Almira, sebut saja Nad atau Nadeen. Hari ini aku telah sampai pada sebuah rasa yang benar-benar membuatku bingung. Seringkali aku melihat pria itu. Pria yang selalu berada di depan kelasku ketika pelajaran usai. Entah, aku tak tahu. Mungkin itu hanya kebetulan. Mungkin saja, spot itu memang menjadi tempat favoritnya sejak lama. Ia juga selalu membawa kamera dan buku jurnal catatan ke mana pun itu. Kudengar, ia juga seorang fotografer yang handal di universitasku. Ia seringkali memenangkan perlombaan fotografi yang membuat nama baik kampusku menjadi lebih dikenal. Ah, mengapa aku jadi tahu banyak tentangnya. Sudahlah, nanti aku malah jatuh hati padanya. Lagipula, ia hanya orang asing dan aku sama sekali tak-tahu menahu tentang dirinya. Aku adalah anak baru di sini, jadi aku tidak berani bertindak macam-macam seperti ingin sekali mencampuri urusan orang lain. Tidak, aku tidak seperti itu. Lebih baik kufokuskan dulu pada cerita yang akan kutulis. Semoga saja, pria itu tidak masuk ke dalam ceritaku, tapi siapa yang tahu sih.. kita tidak akan pernah tahu kepada siapa kita akan jatuh hati. Bisa saja dengan lancang, esok kau akan mencintai temanmu sendiri bahkan kau mencintai orang asing yang baru saja kau kenal. Kita tidak pernah tahu.

#30DWC #30DWCJilid16 #Day2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...