Sabtu, 01 Desember 2018

Angkringan Nasi Kucing Pak Djono


"Wah, Ndri lihat itu! ada nasi kucing!" Gadis itu berseru padaku. Membuatku sebal karena teriakannya membuat telingaku sakit.

"Apaan sih, Nay? kenapa? mau makan, hmm? padahal baru juga selesai makan, masa mau makan lagi. Itu perut apa karet?"

"Eh jangan gitu dong. Mumpung gua lagi di Yogya, lu harus gunakan kesempatan ini. Makan bareng sama gua sebanyak-banyaknya. Biarin lu gendut, gua gak peduli!"

"Yeh nih anak. Kayaknya cewek yang doyan makan sampai segininya cuma lu doang deh. Kebanyakan cewek yang gua ajak ngedate sambil makan pada jaim. Alasannya katanya takut gendut, jaga body."

"Yaelah, masih mikirin gendut? cupu lu. Ayo makan. Gak pake lama! atau lu yang gua tinggalin di sini."

"Dasar nyebelin lu ya! baru ke Yogya sekali doang udah sok tahu banget."

Ia hanya menjulurkan lidahnya sembari melipat kedua tangannya di dada. Bukan Nayla kalau tidak menyebalkan, aku sudah hafal tiap perbuatannya.

"Oke deh, mau pilih apa?"

"Gua pilih nasi bandengnya dua, nasi ayamnya dua, sama nasi bakar dua. Terus sate kerangnya dua dan apalagi ya? hmm, sate paruhnya dua, dah cukup."

Aku terperangah begitu ia menyebutkan makanan yang akan ia beli. Masalahnya, aku yang mentraktirnya makan gara-gara aku sudah menjanjikannya tadi.

"Hah?!? wah gila, gila lu ya. Banyak banget, itu lu yakin bakal habis? gua gak habis pikir. Lu selama tinggal di Jakarta emangnya gak pernah makan ya?"

"Enak aja, ya gak bakal habislah. Paling gua sisain."

"Ya terus kenapa lu belinya banyak, nona manis?"

"Kan biar bisa dimakan juga sama adik gua di rumah. Jadi gak gua doang yang kekenyangan, gitulhoo. Ah, si Endri gimana sih. Lu kenal gua udah berapa tahun sih? kayak baru kenal aja deh."

"Iya, iya, iya. Ya udah, gua beliin. Tapi inget, harus dimakan ya."

"Nah, gitu dong pak bos! makasih ya!"

Ia meraih kantong plastik berisi makanan tersebut. Aku belikan semua yang ia pinta. Berhubung Nayla adalah karibku, jadi kulakukan semua untuknya. Termasuk membuatnya gendut malam ini. Kami memang suka berkuliner bersama, bahkan debat kali ini bukanlah debat kali pertama antara aku dan dirinya. Jadi, aku sudah memaklumi.

"Eiits, tunggu dulu. Ada satu hal yang lu harus tau."

"Apaan tuh?"

"Bolehlah, sekali-kali lu masak buat gua. Masakan lu kan enak, anggap aja gua suami lu, HAHAHA!"

"ENDRII! AWAS, GUA PECAT JADI TEMAN LU YA!"

Teriaknya sambil berlari mengejarku yang sudah lari terbirit-birit meninggalkan tenda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...