Jumat, 21 Desember 2018

Dikara

"Tolong ajari aku bagaimana cara menulis sebuah cerita ber-happy ending. Aku terlalu sedih sehingga lupa bagaimana caranya bahagia," pintanya disela pembicaraan kami yang tak terlalu serius.

Aku berpikir sejenak, mencari ide untuk menjawab. Padahal aku sendiri juga tidak mengetahuinya, "hmm, coba pikirkan sesuatu yang membuatmu bahagia. Pejamkan mata, tarik napas panjang. Pelan-pelan saja, tak usah terburu-buru."

"Tak bisa, aku tak bisa!" bantahnya, "aku sedang tidak ada ide. Perasaanku sedang kalut. Bagaimana kamu bisa menulis tentang kebahagiaan dan keindahan dikala dirimu sedang kalut?" ia mengacak rambutnya yang terurai panjang. Sesekali matanya memejam menahan emosi, "apa mungkin, aku sudah tak lagi bisa menuliskan sesuatu tentang keindahan? kebahagiaan? aku sadar, aku ini tak enak untuk dipandang. Tak seperti gadis lain yang elok. Kehidupanku sedikit kacau. Maka dari itu, aku hanya bisa menuliskan hal-hal yang berbau kesedihan."

"Hey, jangan bicara seperti itu. Bagiku, kamu adalah anugerah terindah yang pernah kupunya. Kamu adalah dikara yang telah diciptakan oleh semesta. Pendar senyummu sangat indah hingga netraku masih saja memandangimu dalam diam, tak mampu mengalihkan. Netramu telah menghipnotisku sejak kali pertama bertemu. Kuakui, kamu adalah satu-satunya gadis yang pertama kali duduk di sampingku, percayalah. Kamu indah, seperti namamu."

"Aku tidak indah."

"Tapi, Indah adalah namamu, 'kan?"

"Itu hanyalah nama. Bukan keindahan yang sebenarnya."

"Coba senyum dan menengadah ke langit yang penuh dengan taburan bintang. Bagaimana? indah, 'kan? bintangnya bergerombol membentuk ukiran namamu. Diam-diam, aku selalu berdoa. Menyebut namamu dalam keheningan, agar kamu tak sedih lagi. Senyum, ya? Agar aku bisa melihat keindahan yang sederhana hanya dari senyummu." Ia menatapku sesaat, lalu tersenyum. Membuat kupu-kupu di perutku kembali menari-nari beterbangan.

#30DWC #30DWCJilid16 #Day12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...