Jumat, 28 Agustus 2015

Falling In Love With An Impossible Boy

Erica as you.
Genre : romance.

*Erica's pov*

Malam di London kali ini lumayan dingin menurutku. Jalanan di luar sana juga tak sebising biasanya. Baguslah, itu membuatku nyaman akan keadaan ini. Menyadari bahwa aku telah merantau dari Indonesia ke London itu bukanlah hal mudah. Bisa saja suatu waktu nanti aku akan merasa homesick akan keadaan di Indonesia. Ya walaupun terkadang aku merasa benci dengan banyaknya koruptor, banjir dimana - mana, banyak warga Indonesia yang masih belum tertib akan keadaan dan menjaga kelestarian lingkungan tetapi aku tetap mencintai negara dan kota kelahiranku, yaitu Jakarta.

*flashback

13 Maret 2011. Hari itu tepat dimana aku genap berulang tahun ke - 20 tahun. Dan di hari itu juga aku mendapat kejutan bahwa aku diterima di universitas ternama di London, University of Cambridge.
University of Cambridge adalah pecahan dari University of Oxford. Sama seperti Oxford, University of Cambridge juga mampu menjadi universitas yang bergengsi di Britania Raya, bahkan dunia. Ketatnya persaingan antara University of Oxford dan University of Cambridge, membuat masyarakat sering menjulukinya dengan Oxbridge. Kedua perguruan tinggi ini memang memiliki peraturan seleksi yang ketat, karena keduanya memang merupakan perguruan tinggi paling bergengsi di Britania Raya bahkan dunia. Dalam peringkat QS World University Rankings®, University of Cambridge menempati peringkat universitas terbaik pertama di Inggris dan terbaik ke -3 di dunia.
Dan akhirnya aku harus meninggalkan Indonesia secepatnya. Keluarga, sahabat, teman, kenangan demi kenangan harus ku tinggalkan demi mengejar sebuah cita - cita. Tetapi, semua itu tak akan pernah ku lupakan. Karena mereka adalah separuh dari kehidupanku. Karena mereka, aku tak bisa apa - apa, mereka yang selalu men-support diriku kapan pun itu.
Dua minggu kemudian, aku berangkat menuju bandara bersama keluarga dan beberapa kawan - kawanku. Aku akan meninggalkan tempat dimana aku dilahirkan. Suara - suara pemberitahuan pun mulai muncul, tanda keberangkatan pesawat yang akan ku tumpangi akan segera berangkat. Aku belum siap untuk meninggalkan Indonesia, tetapi beberapa dari mereka memelukku dengan sangat erat seperti tak mau aku pergi. Kami menangis bersama. Tetapi, yakinlah. Aku akan selalu mengingat dirimu keluarga dan kawan - kawanku. I always be there for you although i will stay in London for a long time.
                                                            **************
*Now

Sekitar pukul sembilan pagi tadi aku sudah berada di hall kampus untuk menunggu seseorang datang menemuiku. Aku sedikit sebal karena sudah tiga jam aku menunggu orang itu tetapi orang yang tunggu belum juga tiba, menyebalkan sekali, bukan?

Setelah lama aku menunggu, dua puluh menit kemudian ia muncul dengan wajah tak bersalah, omg apa yang ia lakukan sehingga ia bisa datang terlambat --"

"Hei, maafkan aku Erica. Aku sudah telat berjam - jam. Aku minta maaf sekali." ternyata Luke menepati janjinya untuk bertemu denganku. Ia bahkan berbicara dengan nada sangat berhati - hati karena menurutnya, aku adalah gadis yang pemarah jika kemauanku tak dituruti. Tapi itu hanya berlaku hanya untuk Luke, tidak untuk yang lain.

Aku hanya mengangguk pelan sambil menyunggingkan senyum agar ia berhenti memohon - mohon meminta maaf padaku, karena saat ini aku benar - benar tak ingin berdebat dengannya. Luke Hemmings, ia adalah orang yang pertama kali ku temui saat aku tiba di University of Cambridge. Ia juga yang mengenalkanku pada beberapa tempat yang berada di universitas itu. Aku dan Luke akhirnya semakin dekat dan ia adalah sahabatku sampai sekarang. Ia adalah orang yang unik, mempunyai bola mata indah yang berwarna biru yang membuatku merasa teduh, berambut blonde, bertubuh tinggi dan mempunyai lip piercing di bibirnya, but he's not a bad boy. He's a good boy, really really good boy for me. Mungkin tuhan juga mengirimkan bonus untukku, karenaNya aku bisa bertemu seorang Luke Hemmings, ia salah satu anggota favorite ku setelah Calum Hood. I think i'm a lucky girl.

Kami pun beranjak dari hall kampus menuju sebuah studio dengan menggunakan mobil. Entah itu studio apa, yang jelas aku sama sekali tak tahu mengapa ia mengajakku ke sebuah studio, bayangkan. Aku menunggu mungkin sekitar tiga jam lebih dan ia hanya mengajakku ke sebuah studio yang letaknya tak terlalu jauh dari kampus. Itu sangat membuatku lelah. Kalau begitu caranya, aku bisa berkunjung kerumah Luke daripada harus menunggu berjam-jam seperti orang hilang tak tau arah. Luke kembali menatapku. Ia tahu aku kesal padanya, tetapi aku tak menggubrisnya, kami sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini.

Sesampainya kami di depan studio, Luke langsung memasuki ruangan itu dengan mudahnya. Sedangkan aku, untuk memasukinya saja sudah di hadang oleh bodyguard yang berbadan besar itu, dan Luke sama sekali tak menyadari bahwa aku telah di hadang, "Oh sialnya diriku." gumamku dalam hati. Aku pun berteriak memanggil nama Luke, dengan sigap ia langsung menengok dan menolongku dari bodyguard itu dan berkata kepada si bodyguard bahwa aku adalah princess nya. Luke memang pandai berkata - kata, harus ku akui itu. Tak heran bahwa terkadang aku merasa Luke sedang menunjukan kata - kata yang paling romantisnya itu padaku, dan aku tahu itu hanya sebuah candaan.

 Akhirnya, Luke berhasil membebaskanku dari si bodyguard berbadan besar itu. Mungkin aku akan pingsan jika Luke tak cepat - cepat menolongku, karena aku di himpit oleh kedua bodyguardnya yang berbadan besar. Tak lama kemudian aku dan Luke memasuki sebuah ruangan bertuliskan "This is a room only for the member of 5 Seconds Of Summer." Wow, seriously? This is a room of 5 Seconds Of Summer? OMG, Luke brought me to here. I can't believe it, i'm really happy because i'll meet Ashton, Michael, and... Calum,  someone who i loved in the silence.

Aku masih terbengong - bengong karena aku tak percaya aku berada di tempat ini. Harusnya aku tak terlalu kaget bahwa suatu saat Luke akan membawa ku ke studio nya, aku pun mengenyahkan khayalan itu, tetapi aku salah. Ternyata mimpiku menjadi kenyataan.

Luke pun mengagetkanku dari lamunanku, tak kusadari bahwa sosok pria berbaju hitam, berambut mohawk, berbola mata hitam tengah menatapku dari jarak dekat sambil memainkan bass nya. Omg, itu Calum. Aku tak menyangka bisa bertemu dengannya disini. aku sangat berterima kasih pada Luke karena nya, aku bisa bertemu dengan 5 Seconds Of Summer dan juga.. bertemu dengan Calum. Mungkin aku gila karena aku jatuh cinta dan mencintai seorang bassist terkenal, tetapi aku tak dapat menyebutkan mengapa aku mencintainya. Kali pertama aku melihatnya di video clip yang berjudul "Amnesia" aku langsung tertarik padanya.

                                                 *****************

Semenjak Luke mengajakku mendatangi studionya, Calum dan aku semakin dekat. Sebenarnya aku sangat bahagia dengan keadaan ini, bahkan aku masih menganggap bahwa ini hanya mimpi. Tetapi aku selalu mencubit pipiku, kalau terasa sakit, artinya bukan mimpi haha. Dan kau tahu, ini memang bukan mimpi, aku yakin sebentar lagi kalian akan jealous padaku karena aku sangat beruntung, hihihi :p *abaikan*

*Calum's pov*

Aku melihat dirinya saat Luke membawanya masuk ke dalam studio kami. Awalnya aku sama sekali tak ingin memperhatikan gadis itu. Tetapi perasaanku mengatakan bahwa aku harus melihatnya. Aku pun menatapnya sampai tak berkedip, aku tak tahu mengapa. Mungkin aku akan jatuh cinta padanya. Aku dapat melihat pipinya memerah pada saat aku bertatapan dengannya, aku harap ia menyukai ku . Tetapi, kak Mali melarangku untuk tak berpacaran dengan gadis manapun setelah aku mengalami sakit hati yang sangat dalam sekitar tiga tahun lalu.Tetapi mata ini tak bisa untuk berhenti menatap gadis itu, ia terlalu menggemaskan bagiku. Kami berdua mulai dekat, kelihatannya ia juga tak keberatan jika aku mengajaknya pergi berdua. Dan Luke, ia juga senang aku bahagia ketika aku pergi bersama dengan sahabatnya, Erica.

Malam itu, aku mengajaknya ke suatu tempat yang pastinya romantis untuk dikunjungi. Aku sudah menyuruhnya untuk bersiap - siap memakai baju yang casual tetapi tetap hangat untuk dipakai, karena sekarang sedang winter. Tiba waktunya untuk menjemput dirinya. Ia terlihat sangat anggun, aku sangat terpana olehnya. Aku juga berbusana casual, karena kami hanya pergi ke tempat kincir raksasa yang disebut London Eye. London Eye tampak indah, sedikit demi sedikit butiran salju berjatuhan ke kaca, Erica terlihat sangat senang. Sama sepertiku, aku jatuh cinta padanya tetapi aku malu untuk mengatakannya, padahal sebelumnya aku tak pernah begini. Entah mengapa, Erica seperti membiusku untuk masuk kedalam kehidupannya. Ia sangat sempurna bagiku.

*Erica's pov*

Aku merasa nyaman malam ini. Dibawah sinar rembulan dan cahaya bintang, Calum menemaniku. Kami berada disatu tempat yang sama, disebuah ruang ruang London Eye sambil melihat pemanangan di luar sana. London di malam hari sungguh indah, aku  bisa melihat sungai river terhampar luas, bagunan bangunan tingkat yang kokoh membuatku takjub, ia mendekapku dengan erat saat aku kedinginan dan membiarkan diri ini terhanyut oleh nafasnya yang hangat, aku seperti tak mau kehilangan momen ini. Aku bisa berkencan dengan seorang Calum Hood, bassist favorite ku. Kurasa, kami seperti lebih dari sekedar teman. I can see from the way hee look at me, the way he kiss my lips when i'm mad, the way he hug me when i'm sad. I know i loved him. But i don't dare to say this feeling to him.

                                                   *********************



*Erica's pov*
 

Delapan tahun aku berada di negara asing tanpa sanak saudara, bahkan aku sendirian berada di negara itu . Tetapi, aku bahagia hidup disana bersama sahabat baruku dan tentunya, Calum. Kau tahu, sebentar lagi aku akan sarjana dan kembali melanjutkan kehidupan nyataku di Indonesia. Rasanya aku ingin selamanya tinggal disini bersama mereka, tetapi aku juga merasakan rindu yang amat dalam kepada negara ku dan keluarga ku. Mungkin aku akan say goodbye kepada Luke, Calum, Ashton, dan Michael. Saat ini aku lebih baik merebahkan tubuhku keatas kasur, dan mengabil secarik kertas untuk... ya kau tahulah, untuk menulis sebuah puisi yang mungkin tidak akan diketahui oleh Calum.

Aku terdiam dalam kesunyian.
Dimana, hanya ada aku di ruangan ini.
Tanpa kata - kata yang terucap.
Sejenak, aku diam membisu ketika menyadari bahwa aku betul - betul mencintainya.
Hanya dari kejauhan, aku dapat melihat dirinya.
Tetapi, aku tak bisa melihat dirinya secara langsung.
Aku hanya dapat melihatnya.. dari sebuah layar.
Yang entah kapan, aku dapat bertemu dan bertatapan langsung dengannya.
Jika diriku berhasil menemui dirinya, pasti akan sulit baginya untuk mencintai diriku.
 I'm falling in love with an impossible boy, just called "Calum"

Aku tak tahu apakah ia juga mempunyai perasaan yang sama. Tetapi, biarlah aku menyimpan perasaan ini sendirian. Ia tak mungkin mengejar diriku karena ia seorang bassist terkenal.

*Calum's pov*

Aku melihat seorang gadis berdiri di depanku.
Dengan rambut di kuncir dua layaknya anak kecil.
Ia begitu menggemaskan bagiku.
Saat itu aku ragu untuk berkata bahwa aku mencintainya.
Tetapi, lama kelamaan rasa ini makin tumbuh.
Aku tahu aku salah karena terlanjur mencintainya.
Aku tak bisa menjadikannya gadisku.
Tetapi aku menyayanginya.
Mungkin, siapapun yang membaca puisi ini tak mengerti perasaanku sekarang.
Kacau balau karena terus memikirkannya.
Maafkan aku, Erica.
Aku rasa, perasaan ini akan terpendam selamanya.

                                                          ******************
*Erica's pov*

London, 23 July 2019.

Akhirnya hari yang ku tunggu pun tiba. Hari ini aku akan kembali ke Indonesia dan aku akan bertemu dengan orang - orang yang ku cintai. Luke, Ashton, dan Michael datang menjemputku di apartment yang aku tempati. Tak ada Calum. Sesekali aku bertanya pada Luke "Dimana Calum berada? Aku ingin menemui dirinya (aku merindukannya)" Luke menjawab bahwa Calum sedang ada acara keluarga yang sangat penting, jadi ia tak bisa hadir menemanimu ke bandara dan tentunya sudah ada Luke, Ashton, dan Michael yang akan menemanimu dan Luke juga bilang bahwa Calum merindukanmu Erica, ia sangat meminta maaf karena tak bisa hadir. Sebenarnya ia menyayangimu, tetapi.. ia belum mau untuk memulai sebuah hubungan karena ia pernah mengalami sakit hati yang amat dalam tiga tahun silam, tetapi percayalah padaku bahwa Calum menyayangimu.
Aku kecewa dalam hati. Aku merindukannya. Aku salah telah mncintai seorang bassist dan ia tak akan pernah mengejarku. Ah sudahlah, mungkin hanya diriku yang terlalu menginginkan dirinya, aku pun juga sudah bahagia pernah berkencan bersamanya, dan aku juga bahagia mempunyai sahabat sebaik Luke. Terimakasih untuk Universty of Cambridge yang sudah mengajarkanku banyak hal, terimakasih untuk panorama selama di London, Terimakasih untuk 5 Seconds Of Summer sudah memberiku banyak hadiah dan membuat para 5sosfam jealous padaku, dan terimakasih untuk Calum sudah menjadi bagian hidupku selama aku berada di London. Aku pun berpelukan dengan Luke, Ashton, dan Michael. Tak lupa, Bryana kekasih Ashton juga datang untuk menemuiku. Aku bahagia sekali. Pintu pesawat sudah dibuka, aku memasuki pesawat dengan perasaan sedih namun bahagia. Aku tak apa Calum tak hadir menemuiku, yang pasti aku masih mencintainya dan terus melihat dirinya hanya melalui sebuah layar.

~The End~

Hayoo, baper gakk? Kalo imagine nya kurang  ngena atau kurang jelas maafkan saja ya karena saya masih penulis amatir, hahaha *peace* okay, semoga kalian menyukainya, readers! good night ^,^ 

2 komentar:

  1. gak baper nggar karna gue kurang ngerti ama 5sos BHAAKK-_-v tapi kalo cerita sih ok. tadi gue ngeliat masih ada typo trus ada kalimat yg kurang efektif menurut gue /halah/ trus kalo bisa kasih beberapa dialog nggar biar makin idup. udah ah itu aja.-.
    semangat terus bikin cerpennya!

    BalasHapus
  2. Wkwkwk thankyouu, maklum aja ya soalnya pas ngetik udah ngantuk gua, kemaleman wkwk. Okaay ^^

    BalasHapus

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...