Sabtu, 12 Mei 2018

Mencari Kepingan Hati


Aku mencarinya, mencari sosok seorang gadis yang telah mampu membuat diri ini tak berdaya ketika netraku bertemu tatap dengannya. Langkahku berhenti di sebuah stasiun. Kata orang di sekitarku, ia akan pergi meninggalkan kota ini, entah tujuannya untuk apa. Derap langkahku masih sibuk mencari, netra menerawang, dan membayangkan di mana posisinya berada. Berbagai sudut tempat yang terletak di tempat ini telah kutelusuri, namun hasilnya tetaplah nihil. Aku bahkan tak tahu harus berbuat apalagi untuk menemukannya, seakan jarum jam pun enggan tuk berdetik. Menambah waktu yang kian lama bergulir dengan cepat. Aku tak bisa mengejarnya, namun aku juga tak bisa mundur dalam situasi seperti ini. Tanpa kusadari, ia membuatku kepalaku sedikit berdenyut karena memikirkannya. Aku tak tahu apa yang akan terjadi bila aku tak bisa lagi memandangnya. Aku mengacak rambutku, aku tahu ini salahku, aku yang terlambat untuk mengungkapkan semuanya bahwa aku menyayanginya. Sungguh, ia telah menyita semua perhatianku. Apapun yang ia lakukan terasa indah dan benar di mataku.

Aku mencoba menepuk bahu seorang gadis yang sedang melihat papan jadwal keberangkatan kereta, ia berbalik arah dan memandangku. Namun yang kutemukan bukanlah dirinya, aku salah sasaran. Orang itu kembali lagi menatap jadwal. Jujur, tak pernah sebelumnya aku mengalami hal seperti ini. Ia membuatku frustasi tanpa sengaja. Bahkan rasa lelahku tak ada artinya dan akan lebih sakit jika aku gagal menemukannya.

Aku memberanikan diri kemudian menuruni anak tangga yang mengarah di mana kereta tersebut akan datang menjemput sang penumpang. Berulang kali diriku dihadang oleh petugas karena aku sama sekali tidak mempunyai tiket, aku hanya mempunyai sebuah kartu tanda penduduk dan surat izin mobilku. Tetap saja petugas menghadangku, aku tak akan lengah begitu saja. Sebisa mungkin aku memohon agar diizinkan memasuki peron area di mana penumpang beranjak memasuki kereta, dewi fortuna akhirnya datang membantuku. Petugas memberiku jalan, aku dipersilahkan memasuki tempat yang kutuju. Netraku kembali berkelana. Aku melihat sekelebat bayangan dirinya yang sedang duduk di kursi sembari menunggu kereta datang. Benar, dugaanku tidak salah. Itu adalah dirinya, perjuanganku tidak sia-sia.

"Eh, hai.. aku mencarimu," sial, mengapa degup jantungku menjadi tak beraturan ketika kumenyapanya. Aku bahkan tak berani untuk menatap matanya kali ini. Untuk kali pertama aku tidak berani menatapnya dari jarak dekat.

"Mencariku? untuk apa?" Ungkapnya penasaran, oh Tuhan, ia menatapku. Aku tak tahu harus bagaimana menghadapinya. Aku menjadi sangat kacau sepertinya.

"Aku ingin memberikan kartu ini." Aku mengeluarkan sebuah kartu dari dalam kantung celanaku. Aku ingat, dulu aku pernah mengukir namanya di sebuah kartu tanpa sengaja, kemudian kuberikan kartu sederhana itu padanya. Tak seberapa indah, hanya terukir namanya di sana dan betapa bahagianya aku ketika ia tersenyum riang ketika melihatnya.

"Ehm.. sederhana sekali, tapi aku suka." Bibir mungil itu mengulas sebuah senyum, rona merah terpampang jelas di wajahnya yang berseri.

"Oh ya? terimakasih banyak." Tanpa aba-aba aku langsung memeluknya, tak akan membiarkannya pergi lagi dari hadapanku. Yang dipeluk hanya terkejut, tak lama kemudian ia membalas pelukanku dan membuat tubuhku terasa kaku.

"Aku tak mau kau pergi."

"Aku tak akan pergi, hanya ingin singgah sebentar ke tempat lain. Karena sepertinya, aku telah menemukan rumah untuk kujadikan sandaran. Semoga kali ini perasaanku takkan salah menafsirkan lagi, semoga saja."

"Siapa dia?"

"Hatimu."

Aku tertawa dan mencubit hidungnya karena gemas. Ia pun bersin-bersin seketika, kemudian ia tertawa geli. Katanya, ia akan bersin ketika hidungnya dicubit, sensitif memang. Intinya, aku bahagia hari ini. Aku merasa bersyukur karena Tuhan masih memberikanku anugerah terindah untuk kujaga selamanya, sebisa mungkin.

------------
(Hai haii, jasmine fragrance kembali lagi nih dengan cerpen baru. Cerpen di atas terisnpirasi dari lagunya Lifehouse berjudul You and Me. Harus banget didengerin pas baca cerpen ini ya, biar feelnnya dapet hehe, okay selamat malam readersku! Semoga harimu indah kayak tokoh di cerpen ini ya! )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Cinyo

Surat Untuk Cinyo, Cinyo, kamu datang dengan segala keluguanmu. Aku tak ingat kapan tepatnya kamu menghampiri rumahku. Yang kutahu hanyala...