Angin menyambar-nyambar malam ini. Aku bersumpah, dinginnya
menggerogoti kulitku yang meronta ingin segera dilekatkan sebuah jaket. Lantas
kutersadar, tak akan ada orang yang menemaniku di sini, di tempat
persembunyianku. Jika kau menanyakan tentang bagaimana keadaanku sekarang, aku
berantakan—hampir tidak bernapas dengan sakit yang amat dalam di dadaku. Namun
kuyakin, di setiap kesakitan selalu ada penyembuhan. Apa kau mempercayainya?
Aku menemukan kenyamanan di tempat gelap temaram cahaya
seperti ini, entah mengapa. Hanya ditemani oleh suara burung malam yang
berkicau di sekelilingku, redupnya lampu menambah suasana menyeramkan tetapi
melankolis. Memoriku kembali berkelana, mengingat sekeping memori di masa lalu
akan lagu berjudul Hello dari Evanescence dibagian, "has no one told you
she's not breathing? Hello, I'm your mind giving you someone to talk to."
Lirik itu mencabikku, mengingatkanku pada adikku yang sudah tiada dan aku rela
bersembunyi di tempat peristirahatannya sendirian. Aku memang selalu sendiri,
kesendirian adalah temanku sejak dulu.
Tidak, jangan mencoba untuk memperbaikiku. Aku baik-baik
saja, aku tidak gila, aku hanya merasakan kekosongan dan tidak bisa berbuat
apa-apa selain berlari ke tempat ini dan menangis. Aku paham, menangis meraung-raung
di tempat peristirahatan orang yang telah tiada memang tiada guna. Ia tak akan
memelukku namun setidaknya hatiku sedikit lebih lega setelah itu. Apa kau
merasakannya? Aku tahu kau ingin menemaniku, kan? Jangan dulu, ya? Aku ingin
sendirian saat ini, hatiku masih terlalu rentan.
Tersesat? Ya, aku tersesat. Tersesat dalam jiwa yang tak
tahu arah. Tak tahu jalan pulang. Kini yang kutahu hanyalah mengambil sisa
kesempatan, peluang di mana aku bisa menangis sepuasnya, sejadi-jadinya sampai
wajahku merah berantakan. Lalu, apa yang kan terjadi setelah itu? Pingsan dan
menemukan diriku berada di rumah sakit saat itu. Ternyata petugas di sana
membawaku ke rumah sakit dan aku sempat koma beberapa hari, tragis sekali.
Kalau diibaratkan, aku sudah tak mau lagi berteman dengan
kesedihan. Aku ingin ia menghilang dan lenyap dari kehidupan. Maukah kau
membantuku? Baiklah, untuk yang terakhir kalinya aku permisi mundur, mundur
dari kehidupan. Jangan cari aku, ya? Aku akan aman dan baik-baik saja. Kau
mengerti?
-------------------
(Kali ini, cerpennya juga terinspirasi dari lagu Lifehouse berjudul Broken. Nggak, penulisnya gak lagi broken kok. Ini tulisan kemarin malam buat challenge harian, saya juga takut nulisnya karena serem, tapi buat tantangan aja wkwk. Jangan lupa dengerin juga lagunya ya biar kebawa emosinya hahaha! *Sstt dan karena penulisnya juga lagi seneng sama Lifehouse ini, suaranya enaaak didenger, gak kayak suara saya sember wkwk boong deng)